Meningkatnya angka kekerasan seksual terhadap anak di Kota Surabaya salah satunya dipicu oleh tempat tinggal yang tidak ramah anak. Kos-kosan rumah tangga dianggap jadi salah satu faktor penyebabnya.
Hal ini disampaikan Dodon, aktivis Yayasan Embun Surabaya dalam acara Media Briefing Koalisi Perempuan Indonesia Jawa Timur, Senin (10/12/18) di Surabaya. Yayasan Embun Surabaya merupakan lembaga yang bergerak dalam usaha perlindungan anak dan perempuan.
“Yayasan Embun memiliki shelter yang menampung anak-anak korban kekerasan seksual. Mayoritas anak-anak yang kami dampingi dari keluarga kos-kosan,” kata Dodon.
Hasil konseling dan kajian Yayasan Embun menunjukkan bahwa anak-anak terpapar aktivitas seksual belum pada waktunya dari orang tuanya sendiri.
“Kadang-kadang orang tua tidak menyadari. Di satu sisi mereka menganggap pendidikan seksual sebagai hal yang tabu. Tapi konyolnya, aktifitas seks orang tua terlihat oleh anak-anak,” jelasnya.
Menurut Dodon, fenomena ini tidak semata-mata kesalahan orang tua. Hal lain yang turut berperan adalah berkurangnya ruang bermain anak dan tidak adanya regulasi terkait kos-kosan di Kota Surabaya.
“Ada 31 Kecamatan di Surabaya. Misalnya saja dalam satu kecamatan ada 100 kos-kosan rumah tangga dan tiap rumah tangga ada satu orang anak, maka ada kurang lebih ada 3100 anak yang berpotensi terpapar aktivitas seksual yang belum waktunya,” jelasnya.
Bagi Dodon, langkah paling minimal adalah memberikan edukasi seksual terhadap orang tua dan anak.
“Langkah paling progresif adalah membuat regulasi terkait kos-kosan rumah tangga dan menyediakan ruang bermain dan ruang terbuka yang ramah anak sehingga mereka memiliki kesibukan di luar rumah,” tegas Dodon.
Ikuti Idenera di Google News.
Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com
Tinggalkan Balasan