GKI Diponegoro dipilih menjadi lokasi peringatan pada tahun ini, mengingat tepat pada 13 Mei 2019 pagi hari, bom menyasar gereja ini. Bom juga menyasar Gereja Katolik SMTB Ngagel, GPPS Arjuna dan Polrestabes Surabaya keesokan harinya.
Wicaksana Isa, Aktivis Roemah Bhinneka Muda mengungungkapkan, peringatan ini bukan untuk mengorek luka. 13 Mei diperingati agar masyarakat mengingat nilai-nilai solidaritas yang tumbuh di antara warga Surabaya setelah peristiwa itu terjadi.
“Saat peristiwa itu terjadi, bergaung tagar Surabaya Wani. Tagar yang menggambarkan sikap masyarakat Surabaya yang tidak akan takut dengan terror, karena mereka punya solidaritas arek” kata Isa.
Isa juga mengatakan, dalam peringatan tahun ini, melibatkan anak muda lintas komunitas.
“Kami melibatkan anak muda dalam kegiatan ini karena anak muda yang akan merawat solidaritas di masa datang” lanjut Isa.
Hadir dalam peringatan ini, Fenny Suryawati, penyintas bom yang menyasar Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Arjuno. Bekas luka, terlihat jelas pada kedua tangannya.
Peserta peringatan 5 tahun Bom Surabaya
“Dengan peringatan ini kami sebagai penyintas ingin menyuarakan bahwa intoleransi itu membuat luka” kata Feny.
Untuk anak muda yang hadir dalam peringatan ini, ia berharap solidaritas perlu dipraktekkan dalam keseharian. Salah satunya dengan berempati dengan orang disekitar kita.
“Hanya dengan berempati kita bisa mewujudkan solidaritas” tegas Fenny.
Harapan senada juga diungkapkan Djadi Galajapo, warga Surabaya yang hadir. Ia meyakini solidaritas itu penting, namun hanya bisa diwujudkan dengan mau dengan suka rela meminta maaf bila kita salah.
“Saya mengusulkan 13 Mei ini jadi hari peringatan meminta maaf dan memaafkan atas kesalahan dan kekeliruan” ungkap Djadi.
Jati juga mengatakan, harus diakui bahwa kelompok mayoritas di Indonesia belum mampu melindungi kelompok minoritas.
Kegiatan ini diisi dengan musik akustik Halaman Pengelana, pembacaan puisi oleh Andreas Wicaksono dan pemutaran film berjudul Menggugah Ingatan yang disutradarai oleh Kevin Willyanto Leo. Acara ditutup dengan menyalakan lilin untuk mengheningkan cipta dan dilanjut doa lintas agama.
Diikuti sekitar 200 orang, peringatan 5 tahun Bom Surabaya 13 Mei, merupakan hasil kerjasama Idenera, Roemah Bhineka Muda,GKI Diponegoro, Gusdurian, Nera Academia, Fakultas Filsafat Widya Mandala Surabaya dan Religius Study Uinsa.
Credit Foto: Idenera.com/Jufen
Ikuti Idenera di Google News.
Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com
Tinggalkan Balasan