Koordinator Komite KHM Madura Raya, Ubay Nizar Al-Banna menjelaskan bahwa brand audit sampah merupakan bentuk dari praktik ibadah dan aktivitas Ramadhan yang ramah lingkungan. Hal itu, mereka lakukan karena volume sampah justru bertambah ketika bulan puasa hingga Hari Raya Idul Fitri.
“Padahal banyak dalil-dalil dari Al-Quran yang berbicara mengenai konteks alam dan lingkungan. Brand audit itu untuk membangun kesadaran kritis kaum muda terhadap problematika dan isu-isu sosial hingga ekologis,” tegasnya, Jumat (28/4/2023).
Brand audit yang diikuti 20 orang relawan tersebut mengamati 802 unit sampel sampah, 118 merek, dan 82 perusahaan. Sampah terbanyak yang ditemukan berupa food package (FP) atau sampah kemasan makanan yang berjumlah 743 unit.

Perusahaan yang paling banyak menghasilkan sampah yaitu PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia, sebanyak 4 merek dan 97 unit sampah ditemukan oleh KHM Madura Raya. Sedangkan untuk sampah kemasan terbanyak dihasilkan Aice Ice Cream, perusahaan PT. Aice Indonesia, dengan jumlah sampah 53 unit.
“Lokasi yang dipilih di pemukiman padat penduduk. Kami menelusuri sekitar perkampungan, sekaligus bersih-bersih lingkungan. Jadi, sampah-sampah itu ditemukan di sekitar lokasi. Warga setempat ikut mengamati, sehingga terjadi interaksi dan muncul kesadaran yang meluas,” imbuhnya.
Public Engagement Data Greenpeace Indonesia, Maftuchah Nugraheni menjelaskan Data Riset Sustainable Waste Indonesia (SWI) bahwa terdapat 24% sampah di Indonesia yang tidak terkelola. Hanya ada 7% yang didaur ulang dan 69% berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Selain itu, ada 38,5% dari 5 juta ton produk plastik di Indonesia digunakan untuk industri kemasan. Serta, terdapat rata-rata pemakaian 300 kantong plastik sehari dari toko atau gerai. Bila diakumulasi 1 tahun, ada 10,95 juta lembar sampah kantong plastik per 100 gerai,” imbuhnya.

Hasil brand audit tersebut akan dikirim ke masing-masing produsen atau perusahaan untuk menuntut tanggung jawab atas sampah yang dihasilkan. Setelah kegiatan itu, ia berharap agar masyarakat tidak beranggapan bahwa semua sampah dapat sampai ke tahap recycle. Karena, banyak sampah plastik yang sulit didaur ulang.
“Proses sampah yang utama itu Reuse atau menggunakan ulang. Recycle itu kegiatan terakhir, itu pun tidak semua sampah plastik bisa didaur ulang. Hanya tutup botolnya saja, botol plastiknya tidak terlalu bernilai ekonomis,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan