Kenapa Kami Menerbitkan Buku Merawat Ingatan Merajut Kemanusiaan?

240 0

Buku Merawat Ingatan Merajut Kemanusiaan merupakan kumpulan refleksi, narasi dan cerita seputar serangan bom yang terjadi di Surabaya setahun silam (13/05/2018).

Penulis buku ini sangat beragam. Ada refleksi dari korban yang terkena dampak langsung dan juga dari warga Surabaya yang tidak menyangka teroris menyasar kotanya. Juga tulisan dari warga Indonesia, dalam maupun luar negeri yang mengungkapkan solidaritas dan pengalamannya terkait peristiwa itu.

Buku ini lahir dari kegelisahan dan pertanyaan, “Sikap dan tindakan apa yang paling tepat? Mengenang atau melupakan? Apakah yang hendak dikenang atau dilupakan? Jika mengenang, apakah cukup dengan membangun tugu, monumen atau peringatan-peringatan 13 Mei 2018?

Bagi warga yang terlibat dalam gerakan solidaritas #SurabayaWani sebagai respon warga Surabaya atas peristiwa itu, pertanyaan di atas perlu dibuka kembali, direnungkan dan direfleksikan. Bukan untuk mengorek luka; namun untuk mengingat, merangsang akal dan nurani menemukan serta menghidupi nilai-nilai yang menggerakkan kita semua untuk bersolidaritas.

Romo Kurdo, Pastor Paroki Gereja SMTB saat peristiwa itu  mengatakan, “ Saya melihat bahwa melalui peristiwa bom 13 Mei 2018 tersebut semua orang diingatkan kembali kepada nilai persaudaraan sejati. Dengan peristiwa tersebut, saya merasa bahwa Gereja Katolik sendiri diingatkan akan pentingnya persaudaraan sejati yang didasarkan pada kesetaraan, solidaritas dan kesatuan sebagai sesama manusia. Peristiwa tersebut juga menawarkan bentuk kemartiran baru. Pada masa sekarang kemartiran tidak lagi dipandang sebagai mempertahankan iman in se, tetapi perdamaian, kemanusian, persaudaraan.”

Romo Aloysius Widyawan yang kala itu juga bertugas di Gereja SMTB Ngagel juga mengatakan, “Peristiwa 13 Mei 2018 adalah peristiwa yang mengguncangkan rasa kemanusiaan dan iman kita. Melupakan peristiwa 13 Mei tak pernah boleh jadi pilihan karena melupakan berarti mengabaikan jeritan korban, upaya mereka memulihkan diri, dan upaya-upaya konkrit yang mengekspresikan solidaritas. Menghidupkan dan menghidupi ingatan juga tak cukup hanya sekedar membangun monumen indah untuk para korban karena monumen hanya benda mati yang tak pernah bercerita sendiri tanpa kehadiran pribadi-pribadi yang terus mengisahkan dan merawat ingatan. Menghidupkan dan menghidupi ingatan sebenarnya sebuah upaya kecil untuk terus-menerus menggugat hati nurani, merangsang akal budi, dan menggerakkan jiwa raga untuk berjuang mewujudkan harapan-harapan bersama. Setidaknya, jangan pernah ada lagi peristiwa-peristiwa seperti ini terjadi.”

Dua pernyataan di atas kiranya dapat menjelaskan alasan kami mengusahakan terbitnya buku ini.

Buku ini lahir dari inisiatif dan semangat yang ditularkan relawan gerakan #SurabayaWani yang  sejak hari pertama menggerakkan solidaritas dengan aksi lilin dan pertemuan-pertemuan. Idenera mencatat, beberapa jam setelah bom pertama meledak, para aktivis lintas agama mengadakan pertemuan untuk menggalang solidaritas dan membuat pernyataan sikap.

Salah satu pertemuan yang kami hadiri saat itu difaslilitasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Pertemuan itu dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai organisasi masyarakat dan keagamaan. Pertemuan itu kemudian berlanjut dengan aksi lilin di taman Apsari Surabaya dan kunjungan ke Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) menjelang dini hari. Kala itu kami diterima Romo Aloysius Widyawan (Romo Widyawan: Ampunilah Para Pelaku, Karena Mereka Juga Menjadi Korban Seperti Kita: https://www.idenera.com/bom-gereja-surabaya/).

Paska peristiwa itu, aksi solidaritas juga dilanjutkan di GKI (Gereja Kristen Indonesia) Diponegoro, Surabaya dan peringatan 40 hari di Gereja SMTB Surabaya. Peringatan 100 hari yang diadakan di Warung Mbah Cokro, Prapen, Surabaya. Banyak organisasi, komunitas dan perorangan yang dengan suka rela terlibat dalam rangkaian kegiatan tersebut. Baca di : Lewat ‘Surabaya Wani’, Pemuda-Pemudi Surabaya Bersama Memaknai  Bhineka : https://www.idenera.com/surabaya-wani/).

Bersamaan dengan peringatan satu tahun peristiwa 13 Mei 2018, kami meluncurkan buku ini dan mengisinya dengan diskusi yang akan dihadiri perwakilan penulis. Perwakilan penulis akan membagikan refleksinya atas peristiwa itu. Sebagai narasumber utama kami menghadirkan Bagus Haryono, Dosen Sastra Universitas Dr. Soetomo Surabaya yang dalam buku ini menulis tentang “Islam Suroboyo” serta dinamika sejarahnya hingga hari ini khsususnya paska peristiwa 13 Mei 2018.

Diskusi juga menghadirkan Fatkhul Khoir dari KontraS Surabaya yang dalam buku ini menceritakan proses pendampingan korban dan tanggung jawab negara dalam kasus terorisme. Diskusi dimoderatori oleh Saras Dumasari, aktivis perempuan yang sejak awal terlibat dalam penyusunan buku ini serta gerakan #SurabayaWani.

Ngabuburit, Pre Launching Buku dan Diskusi ini diadakan di teras Perpustakaan Gereja SMTB Ngagel, Jl. Ngagel Madya No. 1 Surabaya. Acara akan berlangsung dari pukul 15.30-17.30 dan ditutup dengan acara buka puasa bersama. Juga akan dihangatkan dengan sajian musik dari Warung Mbah Cokro Surabaya. Acara kemudian akan dilanjutkan dengan Misa/Doa Bersama Peringatan 13 Mei 2018 dan Silaturahmi Lintas Agama.

Idenera.com sebagai penerbit dan tim kerja yang terdiri dari relawan lintas agama, organisasi dan komunitas hanyalah sebagai fasilitator untuk inisiatif ini. Proses pengerjaan buku ini dilakukan secara swadaya dan gotong royong selama kurang lebih 6 bulan. Buku ini nantinya akan diedarkan secara luas oleh mitra kami, dan untuk itu bagi yang hendak memiliki buku ini bisa memperolehnya dengan mengganti biaya cetak. Buku ini tidak dikomersialkan, bila ada sisa dana cetak , semuanya akan digunakan untuk kegiatan diskusi dan bedah buku.

Kami, Tim Kerja Buku 13.05.18, berterimakasih pada mitra karya kami  Para Dosen Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,  KPI (Koalisi Perempuan Indonesia) Jatim, Relawan Nera Academia, Teman-teman aktivis NU dan GP Ansor Surabaya, GMKI Surabaya, Gusdurian Surabaya, LPM Solidaritas UIN Sunan Ampel, LPM Acta Surya Stikosa AWS, KontraS Surabaya, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya, Romo Kurdo dan Romo Widyawan serta DPP Paroki SMTB Surabaya, Pendeta Andri Purnawan serta semua teman-teman yang terlibat dalam usaha penerbitan buku ini.

Konfirmasi kehadiran hubungi Ulum 0812 3132 9386. Buku dapat dipesan melalui Whatsapp Ria 0857 5551 5090 atau silahkan isi formulir pemesanan buku melalui link berikut http://bit.ly/pesanbuku130518

Surabaya, 12 Mei 2019


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
Andre Yuris

Jurnalis Idenera.com, Photojournalist, dan Fact Checker

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *