Remaja Sapta Darma Belajar Buat Konten Media Sosial

Sapta Darma kerap dituduh ajaran sesat. Tuduhan ini salah satunya disebabkan minimnya informasi dan referensi yang dapat dipercaya terkait penghayat kepercayaan. Termasuk konten media sosial yang mampu memberikan penjelasan yang memadai tentang penghayat kepercayaan.

170 0

Sejumlah remaja terlihat sibuk dengan menata tripod dan smartphone di halaman kompleks peribadatan Sanggar Candi Busana, Jemursari, Surabaya. Sebagian lainnya tampak sibuk menulis narasi voice over di sebuah lembar kertas plano.

Nindia Putri Prameswari, Pengurus Nasional Remaja Sapta Darma mengatakan Remaja Sapta Darma dari berbagai kota di Pulau Jawa sedang berkumpul di Surabaya untuk mengikuti pelatihan membuat konten sosial media.

Mereka akan mengikuti pelatihan selama dua hari, Sabtu-Minggu (26-27/10/2024) di Griya Nawasena yang terletak di kompleks Sanggar Candi Busana, salah satu tempat peribadatan Penghayat Kepercayaan Sapta Darma di Surabaya.

“Pelatihan pembuatan konten ini bertujuan agar remaja Sapta Darma mampu mengemas wacana, informasi dan kegiatan Sapta Darma di media sosial” kata Putri.

Menurutnya, berdasarkan penelusuran di media sosial, banyak konten, berita dan narasi tentang Sapta Darma yang kurang tepat dan cenderung menyesatkan. “Kami menemukan banyak konten yang tidak tepat, keliru tentang Sapta Darma di medos. Sehingga ada kesan negatif tentang kami” lanjutnya.

Putri mengakui, kesan dan persepsi negatif yang ada di media sosial tentang Sapta Darma disebabkan minimnya informasi, bahan bacaan, dan konten sosial media yang menyajikan informasi yang benar tentang Sapta Darma.

“Kami sadar betul, kesan yang negatif terhadap Sapta Darma di media sosial salah satunya karena kami tidak mampu mewarnai wacana melalui kontan di medsos“ lanjut Putri.

Naen Soeryono, Ketua Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), saat membuka kegiatan ini menyampaikan, selama ini ada kecenderungan warga Sapta Darma tidak peduli dan tidak mau tahu tentang media sosial.

“Masih banyak warga yang menganggap media sosial itu tidak penting. Padahal harus diakui media sosial sudah jadi arena diskusi, wacana dan bahkan mampu mendorong lahirnya kebijakan pemerintah” kata Naen.

Menurutnya, sudah saatnya Sapta Darma tampil dan berani bersuara di sosial media dengan konten-konten edukasi dan informatif tentang penghayat kepercayaan.

Pelatihan yang dikemas dengan pendekatan jurnalistik ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan remaja Sapta Darma dalam produksi konten yang mengedukasi, menyajikan informasi yang benar dan dapat dipercaya.

Selama dua hari ini, peserta dibekali pengetahuan tentang media sosial, dasar jurnalistik, riset audiens, menulis narasi, dan produksi konten grafis dan audio visual.


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
idenera

IDENERA, membuka kesempatan bagi siapapun menjadi kontributor. Tulisan dikirim ke : editor@idenera.com dan dapatkan 1 buku tiap bulannya bila terpilih oleh editor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *