Bancaan Rupa, Petani Garam di Rembang Membuat Lukisan Garam Terbesar di Dunia

SEPULUH petani garam di Desa Dasun dan seorang seniman, Eggy Yunaedi mengadakan kegiatan bertema Bancaan Rupa, pada Kamis, 16 November 2023, di Tambak Gede, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

150 0

Dalam kegiatan itu, mereka membuat lukisan raksasa dengan menabur garam di tambak seluas 21×33 meter. Karya tersebut dikerjakan selama tiga hari dan menjadi yang terbesar di dunia.

“Sejak keinginan membuat environmental art muncul, saya menjadi sering mengalami perjumpaan dengan garam, entah secara fisik maupun wacana (melalui bacaan dan diskusi). Garam adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia dan unsur vital yang dibutuhkan oleh tubuh,” katanya.

Taburan garam di atas tambak itu, membentuk gambar petani yang dikelilingi ornamen-ornamen dengan bentuk bumi, matahari, air, dan angin yang mewakili empat elemen alam. Sedangkan, ornamen-ornamen dengan bentuk gunungan, naga, dan burung Hong mewakili tiga elemen budaya. Sehingga, membentuk tujuh kerucut garam yang bermakna rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas kehidupan.

 “Tambak adalah ruang kultural yang memiliki pundi-pundi simbolik berlimpah, menyediakan palet warna-warni untuk lukisan yang bermakna bagi warga. Seandainya, saya mencoba berempati dengan melukis tentang alienasi petani garam dalam sistem ekonomi yang kapitalistik,” tuturnya.

Lelaki kelahiran Rembang itu pernah tercatat dalam Museum Rekor MURI ketika membuat instalasi Melangitkan Doa pada Hari Lahir 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU), Selasa, 7 Februari 2023, di Sidoarjo. Eggy dikenal sebagai perupa yang aktif melahirkan karya-karya berskala besar di ruang terbuka. 

Kepala Desa Dasun, Sujarwo mengatakan bahwa Tambak Gede yang mereka gunakan sebagai media lukisan, merupakan tambak garam pertama setelah kemerdekaan Indonesia, usai monopoli garam yang terjadi tahun 1870. Selain memproduksi garam, di musim hujan warga menggunakan Tambak Gede untuk menghasilkan ikan Bandeng.

“Besar harapan kami, mampu mencerna makna yang tergambar dalam lukisan garam raksasa karya warga dan Eggy Yunaedi. Setiap hari di kehidupan kita, selalu interaksi dengan garam. Seperti, melalui bumbu makanan, obat-obatan, kosmetik, hingga menjadi mata pencaharian warga sebagai pemulia garam,” katanya.

“Garam butuh tambak. Garam butuh sinar matahari. Garam butuh angin. Tambak butuh air. Air butuh sungai. Sungai butuh bersih. Maka, dari sebutir garam di Desa Dasun yang berkualitas, dibutuhkan bumi yang lestari.

Kami mengucapkan terima kasih untuk Eggy Yunaedi dan pemulia garam yang terlibat dalam produksi karya besar ini,” pungkasnya.

Kegiatan tersebut berlangsung hingga Sabtu, 18 November 2023. Di hari terakhir, di sekitar Tambak Gede, warga akan menggelar sarasehan yang membahas tentang kolaborasi petani garam dan pegiat kesenian yang diulas dari berbagai perspektif.(*) 

Reporter: Rangga Prasetya Aji Widodo. Foto: Dokumentasi Kominfo Kab. Rembang.


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
Rangga Prasetya Aji Widodo

Kontributor Idenera.com. Jurnalis lepas di Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *