“Ini adalah pacul untuk membajak sawah. Saya memilih pacul karena ingin menjadi seorang petani. Biar dapat penghasilan yang banyak dari panen ” jelas Bayu saat memeragakan sebatang kayu yang dia imajinasikan sebagai pacul.
Penjelasan Bayu tersebut cukup mengagetkan. Dikala teman-temannya yang lain ingin menjadi polisi, tentara, dokter, artis maupun guru; ia bercita-cita jadi petani. Lebih membanggakan lagi, karena ia ucapkan dengan penuh percaya diri.
Bayu dan kawan-kawannya sedang mengikuti Kelas Tunas (Tumbuh Bernas) yang diadakan oleh Nera Academia di SDN Kebonagung Bojonegoro, Jawa Timur. Kelas Tunas diikuti oleh siswa kelas V dan VI SDN Kebonagung. Atensi Kelas Tunas adalah untuk membantu para guru meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi siswa sebelum menempuh ujian akhir sekolah bisa semakin ditingkatkan.
“Para siswa kami di SDN Kebonagung terbatas dalam wawasan dan cita-cita. Kebanyakan dari mereka dari keluarga petani. Masih banyak keluarga kurang memperhatikan pendidikan anaknya. Oleh karena itu, para siswa ini butuh dibuka wawasannya “ kata Riska, Guru Wali Kelas 6 SDN Kebonagung.
SDN Kebonagung merupakan sekolah kecil yang ada di kecamatan Padangan, Bojonegoro. Jumlah siswanya sangat sedikit, kelas 5 ada 11 orang dan kelas 6 ada 11 orang, bahkan kelas 1 hanya ada 5 orang. Sekolahnya berada di pinggir jalan raya antar kota-propinsi JawaTengah dan Jawa Timur, di depannya juga ada rel kereta api jalur Pantura.
Letak sekolah yang berada di pinggir jalan raya dan rel kereta dengan intensitas lalu lintas padat memang tidaklah ideal. Para siswa kerap mengeluh. Proses belajar mereka terganggu bisingnya suara kendaraan yang lalu lalang tanpa henti. Belum lagi dan udara yang panas juga bercampur asap kendaraan yang tidak baik bagi kesehatan mereka.
Kelas Tunas diadakan pada hari Sabtu, 7 Oktober 2017. Para peserta nampak begitu antusias, mereka lantang menjawab saat disapa. Fasilitator kelas dari Nera Academia terlihat terkejut setelah mendapat sambutan meriah dari para siswa.
Kelas Tunas dimulai dengan pencairan suasana dengan dinamika kelompok. Para siswa mudah memahami instruksi permainan-permainan. Saat peserta diajak untuk berimajinasi, beberapa anak dengan sigap langsung mangajukan diri untuk menceritakan benda yang ingin diimajinasikan.
Gita, siswi energik yang pertama kali maju dengan penuh percaya diri menggunakan kemoceng sebagai microphone. Dia tampil menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Teman-temannya pun merespon dengan memberikan tepuk tangan. Menyusul kemudian, Rizky membawa alas buku yang diperagakan sebagai telenan untuk memotong ikan salmon. Dia dengan lugas menjelaskan cara membuat shusi. Penampilan mereka memantik semangat teman-temannya hingga semua bisa menceritakan imajinasi masing-masing.
Setelah bercerita, imajinasi mereka dituangkan dalam bentuk gambar. Mereka melukiskan cita-citanya dan mempresentasikannya. Para fasilitator terlihat serius mendengarkan semua cerita peserta. Fasilitator kemudian mengingatkan bahwa cita-cita ini tidak begitu saja terwujud, tetapi perlu diusahakan. Bagaimana caranya?. Fasilitator Nera Academia kemudian membantu mereka menggali usaha-usaha apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita.
“Sekarang mari kita buat pohon harapan dari ranting-ranting yang ada di luar. Kemudian kita tulis cita-cita kita. Kita buat pohon ini semakin rimbun dengan cara selalu berusaha. Adik-adik besok setiap hari harus menuliskan usaha apa yang harus dilakukan supaya cita-cita yang diujung ini nanti bisa diwujudkan!” ajak Lya Adonara, salah satu fasilitator Nera Academia.
Kelas Tunas ini, merupakan program baru Nera Academia untuk merespon permintaan sekolah dan guru-guru khususnya di pedesaan untuk membantu proses tumbuh kembang siswa. Nera Academia memiliki pengalaman pendampingan siswa pra-ujian nasional di Rusun Jemundo Sidoarjo dan pendidikan karakter di beberapa sekolah dan komunitas remaja.
“ Kelas Tunas ini tidak berhenti di sini saja tetapi akan terus berlanjut. Kami akan saling berkirim surat untuk terus memotivasi para siswa tiap bulannya hingga mendekati Ujian Nasional, kami akan kembali untu mereview apa yang sudah dilakukan para siswa. Apakah usaha yang dilakukan sudah maksimal?” kata Ria Tekat, Manajer Kelas Tunas
Kelas Tunas ini dibiayai secara swadaya oleh Nera Academia agar tidak membebankan sekolah dan guru. Pembiayaan Kelas Tunas diusahakan dengan usaha fundraising Nera Kopi dengan jual Jasa Belajar Manual Breewing Bayar seikhlasnya di kafe-kafe dan mall-mall di Surabaya. Dukungan juga diberikan Nera Etnica Project yang bergerak di jasa fotografi dan desain grafis dengan memberikan donasi untuk akomodasi fasilitator. Kelas Tunas kali ini juga didukung oleh Rock Hotel Surabaya yang menyumbang peralatan gambar.
“Harapan Saya dengan adanya Kelas Tunas ini, para siswa bisa berinteraksi dengan orang baru dan dunia luar sehingga bisa memotivasi diri untuk lebih giat belajar ” ujar Riska, Guru yang sudah empat tahun mengabdi untuk sekolah ini.
Ikuti Idenera di Google News.
Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com
Tinggalkan Balasan