Yayasan Kasih Bangsa Surabaya (YKBS) menerbitkan buku berjudul Mengeja Cahaya. Buku ini merupakan kumpulan cerita pengalaman dan refleksi para relawan YKBS dalam kegiatan sosial dan pendampingan masyarakat.
Buku Mengeja Cahaya diluncurkan dalam acara Bedah Buku dan Buka Puasa Bersama di sekretariat YKBS, Jl. Kinibalu 41 Surabaya, Sabtu (18/05/19). Robertus Wijanarko,CM., Dosen Filsafat STFT Widya Sasana Malang dan Aan Anshori, Aktivis Jaringan Islam Anti Diskriminasi ( JIAD) Jawa Timur, didaulat untuk membedah.
Robertus Wijanarko,CM; biasa disapa Romo Jack mengatakan, walaupun dikemas dalam bahasa yang sederhana; refleksi, cerita dan pengalaman relawan dalam buku ini tidak mengurangi kedalaman dan pesan yang disampaikan.
“ Dengan cerita dan pengalaman personalnya, relawan mampu mengartikulasikan keprihatinannya pada masalah-masalah sosial yang dewasa ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak lazim,” kata Romo Jack.
Romo Jack juga mengatakan, bagi masyarakat umum dan apalagi yang tinggal di perkotaan, sungguh tidak lazim seseorang bekerja atau menjadi relawan bagi orang miskin dan terpinggirkan. Walaupun tidak salah, pandangan itu merupakan konstruksi sosial yang disematkan melalui pengetahuan bahwa seseorang bekerja itu di kantor dan sebagai hasilnya seseorang jadi mapan atau kaya, tampil necis, dan memiliki harta benda mewah.
“ Buku ini sesungguhnya menolong para relawan itu sendiri dan juga pembaca untuk keluar sekat-sekat konstruksi sosial yang sesungguhnya membelenggu kita semua. Sekat antara kaya dan miskin, kerja kantoran dengan wiraswasta, agama satu dengan agama lainya, suku satu dengan lainya; sehingga tanpa disadari jadi belenggu yang membuat kita kurang manusiawi,” jelas Romo Jack.
Aan Anshori mengatakan, betapa pentingnya menghadirkan narasi-narasi kebaikan dan persahabatan di tengah gempuran narasi kebencian dan permusuhan yang terus menerus membanjiri media sosial.
“ Perubahan itu banyak dipengaruhi oleh keberanian orang menarasikan atau menuliskan pengalaman perjumpaan dan hal-hal baik yang dilakukan bersama orang lain,” kata Aan.
Bagi Aan, para relawan hendaknya tidak takut dianggap pamer atau eksis lantaran membagikan kerja-kerja kebaikan dan perjumpaan dengan orang baik di media sosial. Menurutnya, dengan berbagi cerita dimedia sosial, seseorang akan semakin yakin dengan perjuangannya dan orang yang membaca atau melihat perlahan-lahan diyakinkan.
Rohwi dan Olivia adalah satu diantara penulis dalam buku ini. Rohwi membagikan pengalamanya terlibat dalam pendampingan buruh perkebunan kopi di Banyuwangi. Sedangkan Olivia membagikan pengalamanya keluar dari zona nyaman sebagai seorang Tionghoa yang memberanikan diri bergaul dan menyapa seorang bapak penjual makanan di pinggir jalan dekat rumahnya.
Ignasius Suparno CM, Ketua YKBS mengatakan buku ini diberi judul “ Mengeja Cahaya” karena ada kebenaran dari letupan pengalaman-pengalaman relawan saat melakukan pendampingan masyarakat.
“Pengalaman-pengalaman yang tercecer itulah yang kami eja, kami kumpulkan agar cerita pengalaman itu jadi kabar baik bagi orang lain dan bagi relawan itu sendiri “ jelas Romo Parno.
Peluncuran buku Mengeja Cahaya, jadi penanda 10 tahun berdirinya Yayasan Kasih Bangsa Surabaya (YKBS). YKBS merupakan yayasan sosial yang didirikan Congregatio Missionis (CM), salah satu tarekat imam dalam Gereja Katolik. Yayasan ini bergerak melalui empat karya sosial yaitu pelayanan interaktif anak dan keluarga melalui SMM (Sanggar Merah Merdeka), Pendampingan Buruh melalui WADAS, pelayanan tanggap bencana melalui SRK (Solidaritas Relawan Kemanusiaan), dan Pusat Pengembangan Sosial (PPS).
Ikuti Idenera di Google News.
Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com
Tinggalkan Balasan