Pemimpin Redaksi RBS, Tutus Setiawan mengatakan bahwa jumlah disabilitas yang diberikan sosialisasi terkait Pemilihan Umum (Pemilu) masih terbatas. Justru, menjelang Pemilu berbagai organisasi disabilitas mengingatkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menyediakan fasilitas yang aksesibel bagi disabilitas.
“Disabilitas yang dapat jatah sosialisasi hanya 50 orang. Padahal, jumlah disabilitas di Surabaya mencapai ribuan. Beberapa alat bantu tuna netra justru dipakai kipas-kipas sama panitia di Tempat Pemungutan Suara (TPS),” katanya.
Selain itu, Divisi Perencanaan Konten, Atung Yunarto menjelaskan bahwa saat bertanya mengenai Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tetap (DPT) dari kalangan disabilitas kepada KPU, justru mereka tidak memiliki data-datanya.
“Data terakhir, disabilitas yang berhak memilih itu 20,85 juta orang di Indonesia (berdasarkan data Susenas 2020). Namun, yang terdaftar Pemilu justru jauh dari persentase yang berhak memilih,” tegasnya.
![](https://www.idenera.com/wp-content/uploads/2023/12/Tutus-Setyawan_Atung-Yunarto_Hanan-Abdullah_RBS-1024x683.webp)
Sementara, Divisi Distribusi Konten dan Media Sosial, Hanan Abdullah mengatakan sempat mengikuti dua kali Pemilu, namun panitia TPS tidak memahami tentang fasilitas yang dibutuhkan oleh tuna netra.
“Fasilitas untuk tuna netra mereka nggak tahu. Akhirnya, ketika sampai TPS juga nggak tahu harus bagaimana. Justru, saya tahu kalau ada ‘template‘ untuk tuna netra itu dari disabilitas lain, tapi hingga sekarang saya tidak pernah menemui ‘template’ itu seperti apa,” jelasnya.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya, Eben Haezer menegaskan bahwa pertama kali mendengar secara langsung dari RBS mengenai kesulitan mereka dalam mengikuti Pemilu sebagai disabilitas.
“Baru sekarang, saya mendengar dari mas Tutus, mas Atung, mbak Hanan, dan yang lain, ternyata ada kegagalan penyelenggaraan Pemilu, tapi tidak banyak media memotret itu. Suara disabilitas dianggap kecil, sehingga banyak media yang tidak menyorotnya,” tegasnya.
Eben juga mengatakan bahwa perspektif jurnalis dalam melihat disabilitas itu penting, khususnya mengenai hak-hak disabilitas dalam Pemilu. Sebab, banyak media mengejar traffic dan konten viral saja.
“Yang perlu didorong, perspektif jurnalis mengenai disabilitas. Untuk mencapai hal itu, jurnalis juga perlu melakukan interaksi dengan komunitas-komunitas disabilitas,” pungkasnya.
Editor: Andre Yuris
Ikuti Idenera di Google News.
Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com
Tinggalkan Balasan