Joko Porong Menjaga Warisan Budaya Gamelan

Penampilan alat musik tradisional disuguhkan oleh berbagai seniman dalam perayaan Hari Gamelan Dunia dengan tajuk Jelajah Bunyi #4 di Gedung Kesenian Cak Durasim,Taman Budaya Jawa Timur pada Jumat, 15 Desember 2023.

192 0

Dalam pagelaran musik itu menampilkan tiga komposer dan satu komunitas macapat, yaitu Joko Porong dari Surabaya, Komunitas Macapat Sekar Palupi dari Sidoarjo, Sutrisno Setya Harnata dari Canada, dan Francisco Ugalde dari Ekuador.

Seorang komposer, Joko Porong menjelaskan bahwa musik yang disuguhkan pada malam itu merupakan musik kontemporer. Ia juga menjelaskan jika musik kontemporer memiliki warna baru yang tidak terikat dengan pakem musik klasik.

“Saya tidak menghadirkan gamelan untuk populer, tapi musik kontemporer yang lepas dan bertolak belakang dengan tradisi. Kita masuk ke musik yang banyak gaya. Jadi tidak hanya di musik klasik saja,” katanya.

Lelaki itu menjelaskan bahwa perayaan Hari Gamelan memiliki nilai historis. Sebab, dahulu seniman gamelan berhasil mengajukan Gamelan sebagai warisan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2021.

“Jika menilik sejarah, yang melatari Hari Gamelan ialah pengajuan yang dimotori oleh pak Rahayu Supanggah, ia berasal dari Solo, dan beberapa seniman lainnya,” tuturnya.

Kemudian, ia menyampaikan jika Gamelan juga menjadi sebuah instrumen warisan budaya yang mendunia. Hal ini, tidak terlepas dari peran seniman gamelan senior dan beberapa seniman lain yang terlibat.

“Senior kita yang telah mengajukan gamelan dan gamelan diterima sebagai warisan nonbendawi. Artinya, Gamelan sekarang sebagai warisan budaya,” ujarnya.

Joko Porong yang terlibat dan aktif dalam komunitas Gamelan Sawunggaling juga menyampaikan pentingnya pengarsipan sebagai keberlanjutan Gamelan.

“Di komunitas Gamelan Sawunggaling selalu melakukan dokumentasi proses notasi, pementasan, ToR kegiatan, hingga latar belakang gagasan. Dokumentasi biasanya berupa tulisan, video, foto, dan live streaming pementasan,” ungkapnya.

Joko Porong juga menyampaikan soal segmentasi pendengar. Ia berkata bahwa mendengarkan musik merupakan kebiasaan.

“Musik itu kan kebiasaan, analoginya adalah ketika makan, kalau tak terbiasa makan sambal, akan sakit perut, kalau sudah terbiasa, akan merasa kurang jika makan tanpa sambal,” katanya.

Pada akhir perbincangan, ia berharap pelaku musik dan seniman Gamelan tetap menjaga eksistensi Gamelan.

“Kalau harapan saya, bagaimana menjaga intensitas saya terhadap kehidupan Gamelan baik dalam hal tradisi, inovasi, atau eksperimen. Karena gamelan merupakan sebuah instrumen,” tegasnya.

Editor: Rangga Prasetya Aji Widodo


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
Muhadzib Zaky

Kontributor Idenera.com. Aktivis Pers Mahasiswa di Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *