Kelas Tunas Nera Academia untuk kedua kalinya berkolaborasi dengan SMPK St. Louis Cepu. Kolaborasi kegiatan Character Building ini merupakan lanjutan program tahun 2017 dengan peserta yang berbeda. Kegiatan Character Building Kelas Tunas SMPK St. Louis Cepu kali ini berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 11 sampai Jumat, 13 April 2018. Kegiatan dilaksanakan di Wahana Edukasi Ekologi Mentul Ijo Cepu, Kabupaten Blora.
“ Kegiatan Character Building ini kita laksanakan secara rutin tiap tahunnya agar ada ruang belajar alternatif bagi siswa-siswi diluar kelas. Selama beberapa tahun terakhir, kegiatan ini jadi pembeda dan menjadi nilai lebih dalam pengembangan pribadi para siswa “ ungkap Cyntia, Kepala Sekolah SMPK St. Louis Cepu saat membuka kegiatan.
Cyntia menambahkan, belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, metode partisipatif dan mandiri tetap dipertahankan pada tahun ini. Metode ini dirasa mampu memberikan pembelajaran yang baik tentang kerjasama, kemandirian dan kesetiaan menjalankan tugas yang diberikan.
“ Metode belajar partisipatif dan mandiri tetap kita pertahankan di Kelas Tunas Cepu. Para siswa nantinya akan menyiapkan bahan makanan, memasak, mencuci dan membersihkan lingkungan dalam kelompok-kelompok kecil selama tiga hari “ jelas Afri, Kordinator Kelas Tunas Cepu.
Ulfa Permatasari, salah satu fasilitator Kelas Tunas Nera Academia yang ikut mendampingi proses di Cepu mengatakan bahwa selain kemandirian ada tiga kebiasaan baru atau habitus baru yang hendak dipelajari dalam kegiatan pembentukan karakter ini.
“ Kami bersama adik-adik ini selama tiga hari akan belajar membiasakan kebiasaan-kebiasaan baru seperti saling menghargai, menghormati dan mendengarkan. Mungkin selama ini di sekolah ada kebiasaan yang kurang baik, kita akan belajar menggantinya dengan kebiasaan baru yang baik ” kata Ulfa.
Acara Kelas Tunas Character Building Cepu dibuka dengan upacara bendera, kemudian dilanjutkan dengan pemilihan Presiden, Wakil Presiden dan Para Menteri yang akan bertanggung terhadap keberlangsungan proses. Sesi pertama dibuka dengan menemukan simbol diri dari lingkungan sekitar dan mendeskripsikan simbol diri hingga belajar mengenali diri dalam kelas Siapakah Aku?.
Dalam sesi Siapakah Aku? Partisipan tidak hanya diajak mengenal identitas diri, tapi juga mengenal dan mengutarakan kebiasaan-kebisaan yang dianggap kurang baik yang selama ini sering dilakukan. Kebiasaan-kebisaan itu tidak hanya yang terkait diri sendiri, namun juga kebiasaan dalam pergaulan dan keseharian di sekolah.
Masih pada hari pertama, partisipan juga belajar mengenali temannya dengan cara berdiskusi berdua-dua. Partisipan diajak menggali hal-hal yang selama ini belum diketahui tentang temannya.
Pada hari kedua, partisipan diajak untuk mengenal lingkungan sekitar. Isu lingkungan yang diangkat terkait sampah plastik. Dalam sesi kelas, partisipan dikenalkan tentang jenis-jenis sampah, bahaya sampah plastik serta bagaimana sulitnya sampah plastik dimusnahkan. Setelah sesi kelas, secara berkelompok mereka melakukan operasi sampah plastik di kompleks Mentul Ijo. Hasilnya cukup mengejutkan karena partisipan berhasil mengumpulkan tiga trashbag penuh sampah plastik.
Kegiatan hari kedua ditutup dengan ekspresi seni, dimana tiap kelompok menampilkan tiga pertunjukan. Partisipan kelihatan antusias berlatih drama, tarian, lagu dan pantun. Ditemani api unggun dan jajan yang sudah terkumpul, acara pentas seni tambah meriah dengan kehadiran para guru dan beberapa orang tua siswa. Dalam pentas ini, yang cukup menarik adalah partisipan berhasil mensarikan pesan tentang habitus baru, saling menghormati, menghargai dan mendengarkan dalam tarian, drama, lagu dan pantun. Penampilan mereka mendapat sambutan meriah dari orang tua dan para guru.
Kegiatan pada hari ketiga dilaksanakan di luar ruangan. Partisipan secara bergantian dalam kelompok terlibat dalam permainan-permainan. Permainan dikemas dengan tekanan nilai saling hormati, menghargai dan mendengarkan agar bisa mencapai hasil yang baik.
“Saya disini belajar mandiri. Di rumah saya tidak pernah masak, cuci piring dan sapu-sapu. Semoga di rumah nanti bisa saya praktekkan” ungkap Owen, partisipan dari kelas 11.
Raka, partisipan lain juga mengatakan “ Selama tiga hari selain belajar mandiri, saya belajar tentang menghargai lingkungan, sesama dan mau mendengarkan orang lain. Selama ini, saya sering tidak menghargai teman. Dalam tiga hari ini saya berlajar banyak hal”.
“Yang paling berkesan itu tentang mengenal diri sendiri dan teman. Juga tentang kebiasaan kurang baik yang selama ini sering saya lakukan. Terutama tentang belajar mendengarkan orang lain, tidak memotong pembicaraan teman dan menghormati yang lebih tua khususnya guru” kata Evellin.
“Awalnya memang cukup susah, terutama tentang kebiasaan saling mendengarkan. Namun setelah beberapa sesi terlihat sedikit demi sedikit perubahan” kata Afri, Fasilitator Kelas Tunas Nera Academia.
Senada dengan Afri, Ulfa mengatakan paling tidak selama tiga hari ada proses belajar, ada kesadaran yang tumbuh seiring dengan diskusi, kerja kelompok dan permainan.
“ Poin kesadaran yang ingin dicapai adalah terkait habitus baru, saling menghormati, menghargai dan mendengarkan. Tidak hanya antar teman dan guru tapi juga menghargai lingkungan sekitar. Walaupun belum cukup, proses tiga hari ini paling tidak memberikan jejak dalam ingatan mereka” lajut Ulfa.
Cyntia, Kepala Sekolah SMP Katolik St. Louis Cepu dalam evaluasi bersama partisipan berharap proses belajar selama tiga hari ini mampu memberikan warna baru dalam karakter pribadi dan juga keseharian di rumah dan sekolah.
Kegiatan Character Building Kelas Tunas Nera Academia SMPK St. Louis Cepu ditutup dengan upacara penghormatan bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Pesan penutup Kelas Tunas Cepu tahun 2018 ini adalah “ Ini saudara-saudaramu, ini tanah airmu, di sini kita bukan turis” mengutip puisi Widji Thukul.
Ikuti Idenera di Google News.
Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com
Tinggalkan Balasan