Refleksi 2 tahun Bom Surabaya 13.05.18

156 0
Refleksi Daring 2 tahun Bom Surabaya

Bom Surabaya, 13 Mei 2018 dua tahun lalu tidak hanya melukai korban bom. Setelah beberapa ledakan beruntun terjadi di beberapa tempat dan merenggut nyawa beberapa korban di Surabaya dan sekitarnya, ketakutan menyebar.

Berita tentang penderitaan yang bisa dihadirkan oleh orang-orang dengan pemikiran yang tidak seperti kebanyakan orang itu memberi teror yang sesunggunya pada seluruh kota. Demi keamanan, pemerintah meminta kita untuk diam di rumah dan banyak berdoa untuk keselamatan korban dan keselamatan semua warga. Sementara itu, aparat dan para petugas terus bekerja untuk memulihkan situasi keamanan, ketenangan dan kondisi psikologis seluruh warga.

Meski demikian, orang-orang muda Surabaya dan sekitarnya tidak begitu saja tunduk pada ketakutan. 13 Mei malam, saat banyak orang diminta tinggal di rumah, banyak orang justru berada di jalanan. Ini bukan soal melawan anjuran pemerintah. Mereka mau menyampaikan pesan bahwa kematian bukan sesuatu yang menakutkan. Dengan rasa was-was karena tahu bahwa bisa saja teror masih dijalankan dan mereka bisa saja menjadi korban selanjutnya, mereka datang ke tempat-tempat korban, mereka datang ke pusat kota, mereka menyerukan bahwa penderitaan karena teror ini adalah penderitaan kita bersama.

Demikianlah seperti ketika salah satu anggota kampung meninggal dan para tetangga selalu hadir, mendoakan dan menguatkan, mereka juga hadir dalam setiap peringatan. Mereka berdiskusi, ngobrol dan saling memberi semangat. Mereka itulah kita dua tahun lalu. Waktu itu, kita ingin menunjukkan bahwa bersama-sama, kita bisa melalui situasi yang mencekam ini. Dengan cara-cara itulah, sejak dua tahun lalu, solidaritas antar warga menjadi alasan bagi kita untuk berjejaring dan saling memberi kekuatan dalam situasi sulit secara bersama.

Pada tahun 2018 lalu, tepat pada peringatan 1 tahun Bom Surabaya, Idenera.com dan Kanisius menerbitkan buku dengan judul 13.05.18 Merawat Ingatan Merajut Kenamanusiaan. Buku ini dapat dipesan melalui link http://bit.ly/pesanbuku130518

Kini, saat teror kematian hadir mengancam kita dalam bentuk yang berbeda, solidaritas warga seperti yang terjadi dua tahun lalu pantas untuk kita ingat dan hadirkan. Situasinya memang berbeda. Hari ini, kita berhadapan dengan musuh yang tidak kelihatan. Virus ingin membunuh kita pelan-pelan. Repotnya, bila kita sudah dikenai oleh musuh ini, kitapun bisa memberi teror bagi orang-orang di sekitar kita. Dalam situasi seperti ini, bersama dengan masyarakat seluruh dunia, kita masih harus bertahan dengan peralatan dan kemampuan seadanya sebab vaksin penangkal virus penyebab teror masih belum ditemukan.

Untuk menahan penyebaran virus, kita diminta berada di rumah. Situasi kerja di rumah menghasilkan banyak persoalan multidimensi bagi kita semua. Kalau semua berada di rumah, bagaimana ekonomi sehari-hari bisa dipenuhi? Rumah kita tidak didesain bisa memberi ketahanan ekonomi memadai untuk berminggu-minggu. Ekonomi tetap harus diputar di luar rumah. Maka, bekerja dari rumah adalah keputusan terkait soal hidup dan mati. Sistem hidup bersama jarak jauh memang masih merupakan lompatan metode hidup bersama bagi masyarakat kita.

Pemerintah kita juga masih terus berjuang. Berbagai keputusan pemerintah juga sering menuai pro dan kontra. Bagi aparat pemerintah, situasi pandemi seperti ini adalah situasi abnormal. Reaksi terhadap situasi abnormal ini seringkali membawa seluruh masyarakat yang dipimpin berada pada situasi yang tidak nyaman. Sementara itu, bias-bias kepentingan (sebagaimana layaknya terjadi dalam proses politik hidup bernegara)bisa membuat semua elemen negara saling tarik dan dorong yang justru mengaburkan fokus untuk mencapai tujuan akhir: melewati krisis akibat pandemi.

Dalam situasi yang kompleks inilah, kita perlu menghadirkan lagi ingatan kita akan solidaritas: 2 tahun yang lalu, kita bersama memfokuskan diri pada satu gagasan yang sama yaitu melawan teror dengan berbagai macam cara yang bisa kita buat. Hari ini, bentuk-bentuk solidaritas seperti apa yang bisa kita buat untuk melalui situasi pandemi? Dengan berbagi, kita saling menguatkan.

Untuk itu kami mengundang teman-teman sekalian untuk ikut dalam Refleksi 2 tahun Bom Surabaya melalui obrolan daring via Google Meet pada tanggal Rabu 13 Mei 2020, Pukul 18.30-Selesai. Bagi yang beminat silahkan mendaftarkan diri pada link berikut : https://bit.ly/Refleksi130518

Buku 13.05.18 Merawat Ingatan Merajut Kemanusiaan dapat dipesan melalui Whatsapp Ria 0857 5551 5090 atau silahkan isi formulir pemesanan buku melalui link berikut http://bit.ly/pesanbuku130518


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
idenera

IDENERA, membuka kesempatan bagi siapapun menjadi kontributor. Tulisan dikirim ke : editor@idenera.com dan dapatkan 1 buku tiap bulannya bila terpilih oleh editor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *