Vahoaxtine : Valentine dan Hoax

134 0
Vahoaxtine

Vahoaxtine, Valentine dan Hoax  jadi pembuka Nera Talk tahun karya 2017  Nera Academia.  Pada tahun 2016, NERATALK obrolan secara marathon selama dua bulan mengangkat tema “ Pram dalam Penceritaan Sejarah Indonesia”. Roman Pramudya yang dikenal dengan Tetralogi Pulau Buruh yaitu Bumi Manusia,  Anak Segala Bangsa,  Jejak Langkah dan Rumah Kaca diulas mendalam dalam obrolan santai di warung kopi.  Rupanya obrolan seperti ini masih jadi daya tarik bagi orang muda.

Memulai tahun 2017, Nera Academia merasa perlu membicarakan fenomena yang ramai dibicarakan yaitu HOAX. Kenapa HOAX? Fenomena yang sebenarnya bukan hal baru. Hoax kembali ramai dibicarakan seiring dinamika sosial politik Indonesia. Artinya fenomena ini sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari momentum sosial politik seperti pilkada serentak 2017.

Pada tahun 2016 Nera Academia mengadakan obrolan secara marathon selama dua bulan dengan tema “ Pram dalam Penceritaan Sejarah Indonesia” (foto IG : @neraacademia)

 

Respon terhadap fenomena hoax ini cukup beragam. Hadirnya kelompok anti hoax setelah revisi UU ITE 2016 jadi salah satu  bentuk reaksi masayarakat. Namun dipihak lain ada pula komunitas yang merasa keberatan karena UU ITE berpotensi mengekang kebebasan berekspresi.  Undang-undang ini juga dianggap rentan dimanfaatkan kelompok kepentingan bahkan pemerintah untuk menekan kelompok yang tidak sepaham.

Pada pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang-Undang ITE menyebutkan , “Setiap orang yang dengan sengaja dan atau tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan, ancamannya bisa terkena pidana maksimal enam tahun dan denda maksimal Rp 1 miliar.” Hukuman yang cukup berat tentunya.

Walaupun dianggap “pasal karet”,  beberapa kasus hukum sudah diputuskan berdasarkan pasal ini. Pemberlakuan  UU ITE 2016, nyatanya tidak membuat sebaran “hoax” berhenti. Sebaran berita yang “dianggap hoax” masih mudah ditemui di media sosial. Masyarakat yang terjerat kasus “hoax” juga masih ada dan terjadi.

Apakah fenomena “hoax” bisa diredam dengan penegakan hukum? Atau ini hanya bentuk lain dari kebiasaan  gosip, nge-rumpi yang pindah panggung dari teras rumah, salon dan warkop ke sosial media. Ataukah ini hanya fenomena musiman; musim pilkada dan pilpres yang setelah itu reda dengan sendirinya?. Ataukah masih ada hal dan cara lain?.

Fenomena “hot “ ini akan dipanaskan dalam obrolan warung kopi dengan judul “ VA-HOAX-TINE” tanggal 14 februari 2017 di Warung Mbah Cokro Surabaya. NERA ACADEMIA sebagai tuan rumah akan menghadirkan perwakilan MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah dan Diskrimasi Indonesia) Surabaya dan Victor Imanuel Nalle dari Fakultas Hukum UKDC Surabaya. (*AY)

Pendaftaran obrolan ini secara online di : https://www.eventbrite.com/e/neratalk-va-hoax-tine-tickets-31923846083. Informasi lain terkait acara dapat dipantau melalaui FB/IG : @neraacademia

 

 


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
idenera

IDENERA, membuka kesempatan bagi siapapun menjadi kontributor. Tulisan dikirim ke : editor@idenera.com dan dapatkan 1 buku tiap bulannya bila terpilih oleh editor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *