Daar al-Islam dan Kaka Ari Woto Watang dalam Kehidupan Muslim NTT

276 0

Literatur dan kajian akademik tentang masyarakat Muslim di NTT (Nusa Tenggara Timur) dapat dikatakan cukup langka. Hal ini bila dibandingkan dengan kajian akademik tentang Katolik atau Kristen di NTT yang cukup dengan mudah didapatkan.

Pada tahun 2015 Penerbit Ledalero Maumere menerbitkan buku Wacana Indentitas Muslim Pribumi NTT. Buku ini dapat menjadi salah satu referensi yang mumpuni bagi orang luar untuk memahami masyarakat Muslim di NTT. Kumpulan tulisan dalam buku ini merupakan hasil penelitian pada beberapa komuntas Islam yang ada di Mundai, Lamakera, Alor-Pantar, Kupang, Rote, Waingapu dan Ende.

Komunitas Muslim NTT menurut Philipus Tule dalam Kata Pengantar buku ini, memiliki “identitas”atau “ cara pengungkapan diri” yang khas. Mereka adalah penganut islam yang taqwa dan Mereka juga menjunjung tinggi kebudayaan setempat yang merupakan bagian dari identitasnya. Misalnya tentang kosmologi yang meyakini arwah leluhur hadir dalam ritus budaya dan rumah adat.

Ada kebanggan pada penganut Islam di NTT terkait silsilah (genealogi) yang satu dan sama dengan sanak keluarga yang beragama Kristen atau Katolik. Nama jadi cara gampang untuk mengetahuinya. Bagi umat Katolik atau Kristen menggunakan nama baptis seperti Yohanes, Yosefina dan bagi umat Islam menggunakan nama seperti Ahmad, Siti, dls. Namun nama belakang mereka biasanya sama atau ada kemiripan bunyi atau yang sesuai dengan kebisaan penamaan pada suku masing-masing.

Genealogi yang satu dan sama itu juga hadir dalam penghayatan akan kekerabatan. Di Lamaholot misalnya ada asas kaka ari woto watang. Kaka ari woto watang ini asas tentang persaudaraan antara penduduk Katolik/Kristen di pedalaman dan penduduk muslim di pesisir. Asas inilah yang menautkan mereka sebagai kelompok etnis Lamaholot, seperti yang ditulis R. Barnes dalam “Lamakera, Solor : Ethnohistory of a Muslim Whaling Village of Eastern Indonesia” tahun 1995.

Hal menarik lainnya juga tentang konsep “rumah” atau “keturunan”. Penganut Islam dalam hubungan dengan kerabatnya yang bukan Islam, mengakui keturunan, keanggotaan dan hak memiliki yang sama dalam satu “rumah asal” atau “rumah leluhur”. Mereka bisanya hidup dan taat pada sistem seperti kepemilikan tanah warisan yang telah turun -temurun dari generasi ke generasi ditetapkan secara komunal.

Jika ada anggota keluarga atau suku melanggar hukum adat atau melalaikan kewajiban dan tanggung jawab dalam ritual adat, entah dia Islam, Katolik atau Kristen akan mendapatkan konsekuensi yang sama melalui keputusan Tetua Adat. Ini merupakan bentuk penghayatan konsep “rumah”, “rumah leluhur atau rumah budaya” yang dalam tradisi Muslim mirip dengan konsep “rumah Islam (daar al-Islam)”.

Sungguh sangat kaya pengetahuan dan pemahaman yang disajikan dalam buku “ Wacana Identitas Pribumi NTT” ini. Catatan  ini barulah pembuka yang penulis sarikan dari Pengantar dan Prolog yang ditulis Dr. Philipus Tule, SVD.

Buku ini jadi penting dibaca bukan sekedar untuk mengetahui Komunitas Muslim di NTT namun juga untuk merespon hangatnya dinamika sosial politik khususnya di kota-kota besar Indonesia. Akan ada wawasan dan cara pandang baru tentang NTT serta dinamika relasi antar agama serta budaya setelah baca buku ini.

Para Editor buku ini, Philipus Tule, Fredrik Doeka dan Ahmad Atang serta 15 penulis sungguh memberikan gambaran yang jelas, ringkas dan mudah dipahami. Buku ini dapat menjadi referensi awal bagi siapapun yang hendak mendalami masyarakat NTT dan Muslim NTT khsususnya.

Catatan : Buku Wacana Indentitas Musim Pribumi NTT diterbitkan tahun 2015 oleh Penerbit Ledalero, Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Maumere, Flores NTT. Telp/Fax : 0382-242-6535. Email : ledaleropublisher@yahoo.com, www.penerbitledalero.com.  Penulis membeli buku ini di Ruteng tahun 2018.


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
Andre Yuris

Jurnalis Idenera.com, Photojournalist, dan Fact Checker

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *