Mengenal Emmanuel Levinas, Pengubah isu utama filsafat kontemporer

276 0

Kompas tanggal 9 Maret 2010 memberitakan bahwa, 500 telah tewas dalam konflik sektarian (kelompok beda agama) di Nigeria.Tiga hari sesudahnya, Kompas menampilkan kembali berita mengenai konflik itu. Namun, dari angle yang berbeda. Sebuah fotografi menampilkan sekelompok wanita dan anak-anak berpakaian hitam yang mengadakan protes di jalan.

Sambil menangis mereka berteriak menuntut penghentian konflik, karena telah banyak wanita dan anak-anak yang tidak bersalah menjadi korban pembantaian. Sementara itu, di dalam negeri terorisme menguak kembali di Nangroe Aceh Darusalam (NAD). Terungkap bahwa, para tokoh penting menjadi target para teroris. Mereka telah mengubah modus opperandi target bukan lagi tempat berkumpulnya para ekspatriat, melainkan membunuh para tokoh penting yang berseberangan dengan ideologi mereka.

Baca juga : Levinas dan Politik Perjumpaan Wajah Ke Wajah

Mengapa penulis mengangkat dua kasus di atas? Dua kasus ini mewakili sebuah paradigma egologi yang menjadikan sesama sebagai obyek. Sebuah proyek totalisasi, di mana manusia menjadi rezim totaliter yang menindas sesamanya, yang menghilangkan hidup sesamanya. Ini terjadi dalam pendekatan subyek-obyek dalam relasi manusia. Yang menjadi pertanyaan, siapakah sesamaku, siapakah aku dan apakah aku bertanggungjawab atas keberadaan yang lain? Sejarah telah menoreh sekian banyak cerita miris, di mana terjadi pengangkangan terhadap kemanusiaan. Masih kuat terkenang genosida nazi terhadap orang-orang Yahudi di kamp-kamp konsentrasi, berbagai praktek homisida oleh rezim-rezim totaliter, ribuan korban perang Afganistan dan Irak, aneka pulau kemiskinan akibat ketidakadilan struktural, menjalarnya terorisme, penderitaan dan kelaparan di dunia ketiga, dan sebagainya. Persoalan-persoalan ini menyembul mozaik totalisasi yang berujung pada kekerasan dan penindasan terhadap sesama.

Darimanakah sumber “kewajiban moral” itu? Thomas Aquinas melihat Hukum Abadi-lah yang menjadi referensi moral manusia. Dia memahami moralitas sebagai ketaatan terhadap hukum kodrat. Hukum kodrat dimaksudkan sebagai keterarahan kodrat manusia, bersama kodrat alam semesta, pada perwujudan hakekatnya. Hukum kordat adalah partisipasi dalam hukum abadi yang bukan lain adalah kebijaksanaan Allah sendiri sebagai asal-usul dan penentu kodrat ciptaan.  Sedangkan Kant lebih melihat bahwa paham-paham moral tidak mungkin diperoleh dari pengalaman empiris-indrawi. Paham-paham moral bersifat a priori dan berdasarkan akal budi praktis, yaitu berdasarkan pengertian mengenai baik dan buruk yang mendahului segala pengalaman.   Kaum Utilitarian menekankan nilai moral perbuatan manusia ditentukan oleh tujuannya, yakni apakah perbuatan itu menunjang kebahagiaan umum atau tidak.   Tiga jawaban ini merupakan sebagian dari aneka pendekatan atas pertanyaan besar di atas.

Pada era postmodern isu etika bergeser. Perintis moral postmodern boleh dikata adalah Emmanuel Levinas. Levinas ingin membawa persoalan moral pada ranah kongkret pertemuan intersubyektif. Ia memperkenalkan satu konsep “yang lain” (l’autrui) yang menjadi kunci seluruh pemikirannya. Proyek filsafatnya berfokus pada bagaimana membuka arti mendasar pertemuan dengan sesama dalam proses menjadi diri setiap orang.[6]krisis tanggung jawab dewasa ini. Persoalan ini merupakan salah satu kajian sentral dalam pemikiran Levinas yang tentu saja menarik untuk dikaji terlebih lagi dalam konteks

Image result for emmanuel levinas

Informasi singkat tentang Emmanuel Levinas

Emmanuel Levinas merupakan salah seorang filsuf yang terkenal, sukar, dan original di antara para pemikir Eropa abad kedua puluh. Etika post-rasionalnya berdiri sebagai penantang ultim dan patut diteladani terhadap tendensi kesendirian ada (solitude of being). Ia memberi kesaksian yang rigorus dan dinamis terhadap tanggung jawab yang tak berhingga terhadap pribadi yang lain. Pemikiran Levinas mengungkapkan etika sebagai filsafat pertama (prote philosphie). Panggilannya pada tanggung jawab kemudian mengarahkan pemikirannya bukan hanya kepada yang benar (the true) tapi pada kebaikan (the good). Asumsi kolosal pada tanggung jawab inilah yang membuat Levinas disebut-sebut sebagai pengubah isu utama filsafat kontemporer.

Ia lahir pada 12 Januari 1906 di Kaunas (atau Kovno, dalam bahasa Russia), Lithuania.  Lithuania yang pada waktu itu merupakan bagian dari Russia pra-revolusi. Levinas merupakan anak sulung dari dua bersaudara, Boris dan Aminadab. Memori awal hidupnya diwarnai oleh kematian Tolstoy, dan peringatan trisentenial rumah Romanov. Perang dunia pertama, dan revolusi 1917 membaur dalam kenangannya akan toko buku ayahnya di Kovno. Judaisme pada saat itu berkembang menjadi gerakan spiritual tinggi di Lithuania, dan abad ke-18 telah menghasilkan seorang Talmudis jenial yakni Gaon dari Vilna. Pada saat yang sama keluarga Levinas berasal dari generasi yang melihat masa depan mereka dalam bahasa dan budaya Russia. Bacaan awal Levinas bukan hanya Kitab Suci Yahudi, melainkan juga pengarang-pengarang besar Russia seperti: Pushkin, Gogol, Dostoyevsky, dan Tolstoy. Kegandrungan pada penulis-penulis besar ini mengantarnya untuk pergi ke Strasbourg (kota Prancis yang paling dekat dengan Lithuania) pada tahun 1923 untuk belajar pada Charles Blondel dan Maurice Pradines.

Baca juga : Thomas Aquinas : Pertengkaran dan keluhan dalam persahabatan

Pada tahun 1928-1929, ia berkunjung ke Freiburg untuk studi pada Edmund Husserl dan juga menghadiri seminar-seminar Heidegger. Husserl mengajar psikologi fenomenologis dan konstitusi intersubyektivitas. Pada saat itu juga, Heidegger mengganti posisi Husserl di Freiburg.[11] Ia mulai menulis disertasi mengenai teori intuisi Husserl. Dia juga mendalami Being and Time dari Martin Heidegger. Levinas juga menghadiri pertemuan terkenal di Davos antara Heidegger dan Cassier yang menurut Levinas menandai ‘akhir humanisme.’ Kuliah-kuliah dengan Husserl dan Heidegger menjadi amat penting dalam menewajahn ‘panggilannya’ dalam filsafat.

Pada tahun 1930, tesisnya The Theory Of Intuition In Husserls Phenomenology dipublikasikan di Prancis. Tahun 1931, dengan bekerjasama dengan Gabrielle Peiffer, Levinas menerjemahkan karya Huserl Cartesian Meditations ke dalam bahasa Prancis. Ia menikahi seorang gadis yang dikenalnya sejak kecil bernama Raïssa Levi pada tahun 1932. Tahun 1934, analisis filosofis mengenai “Hitlerisme”, berjudul Reflections on The Philosophy of Hiltèrisme dipublikasikan. Setahun berikutnya, ia mempublikasikan esai original ontologi hermeneutis berjudul On Escape.

Baca juga : Menakar Pendidikan Berorientasi Pasar bersama Marcuse dan Fromm

Pada umur tiga puluh tahun ia menjadi warga Prancis dan bekerja pada bagian administrasi di Aliansi Israelité Universelle. Pada saat pecahnya perang, Levinas menjadi penerjemah bahasa Russia dan Jerman.  Ia kemudian mendekam dalam tahanan , di mana ia bisa mempelajari Hegel, Proust dan Rousseau dalam periode kerja paksa. Buku Levinas, Existence and Existents, yang merupakan deskripsi eksistensi anonim dan keadaan insomnia, tidur, horor, vertigo, nafsu, kebosanan, dan kelambanan, mulai ditulis dalam penjara. Setelah perang usai, ia kembali ke Paris untuk menjadi direktur Ecole Normale Israelité Orientale di College Philosophique, yang didirikan Jean Wahl. Dia membuat berbagai paper yang kemudian terkumpul dalam Time and The Other. Sejak tahun 1957 ia berkontribusi pada colloquium Talmud  tahunan para intelektualis Yahudi berkebangsaan Prancis.Sementara itu, keluarganya di Lithuania dibunuh oleh tentara Nazi karena mereka Yahudi. Tak pernah Levinas kembali ke Jerman lagi.

Tahun 1961 terbitlah opus magnus pertama Levinas Totalité et Infini Ia mengajar sebagai guru besar pada beberapa universitas di Prancis. Tahun 1974, terbit karya besar kedua, Autrement Qu être ou au-dellà de l’ Essence (Lain Daripada Ada, Di Seberang Esensi).  Ia meninggal pada tanggal 25 Desember 1995 di Paris. (Totalitas Dan Yang-Tak-Berhingga).

Bersambung : Fenomenologi Tanggungjawab menurut Levinas.


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
Fian Roger

Pegiat Jurnalisme Warga di Ruteng, Flores. NTT.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *