Driyarkara : Sosialitas Dalam Konteks Masyarakat Indonesia

203 0

Dalam pemikirannya tentang sosialitas, Driyarkara memperlihatkan kedudukan sosialitas dalam eksistensi manusia. Driyarkara menjelaskan bahwa eksistensi manusia merupakan cara berada manusia yang khas di dunia.

Cara berada manusia yang khas dalam pandangan Driyarkara adalah dalam sosialitas. Dengan kata lain, hidup bersama oleh Driyarkara pahami sebagai sosialitas, yaitu eksistensi manusia dalam hidup bersama dengan orang lain dan dalam hubungannya dengan sesama manusia. Dalam hidup bersama tersebut, manusia dipandang sebagai kawan bagi sesama (homo homini socius), kawan yang membantu menjadi semakin manusiawi dan kawan yang ikut menghantarnya menuju ke pusat hidup manusia yakni, Tuhan.

Dalam merenungkan konsep sosialitas sebagai hidup atau ada bersama tersebut, Driyarkara pun mencoba mendalami sosialitas tersebut dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia. Driyarkara ingin melihat perihal kehidupan manusia Indonesia yang populer pada masa itu, yakni pola hidup gotong royong sebagai bentuk dasar kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam mendalami konsep sosialitas dalam kehidupan masyarakat Indonesia tersebut, Driyarkara menemukan relasinya dengan Pancasila. Ia berpendapat bahwa seluruh Pancasila merupakan pengakuan atas sosialitas manusia.

Baca juga : Driyarkara : Ada Bersama Sebagai Titik Tolak Sosialitas

Driyarkara pun sependapat dengan Soekarno yang mengatakan, “Jika saya peras, yang lima menjadi tiga, yang tiga menjadi satu, maka saya mendapat satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu gotong royong”. Driyarkara melihat bahwa hal yang mendasar dari gotong royong sebagai perasan Pancasila adalah kerja sama, karena hidup bersama.  Selain itu, negara Indonesia juga mengakui sistem demokrasi. Demokrasi Indonesia memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyampekan pendapat dan sangat mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan demikian, prinsip demokrasi tersebut merupakan bentuk pengakuan terhadap manusia sebagai pribadi atau persona yang harus dijunjung tinggi harkat dan martabatnya.

Image result for soekarno

Driyarkara menegaskan bahwa sosialitas lebih nampak dalam pelaksanaan Pancasila sebagai ajaran dan usaha dalam mencapai kehidupan masyarakat adil dan sejahtera sebagaimana yang terkandung dalam sosialisme Indonesia. Sosialisme Indonesia adalah sebagai suatu paham yang dianut dalam mencapai tata-masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Panca Sila.  Sosialisme Indonesia adalah sosialisme yang berdasarkan pada Pancasila dengan sila Ketuhanan sebagai dasar yang pertama. Sosialisme Indonesia pada dasarnya adalah Pancasila sebagai komitmennya dalam menjalankan aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sosialisme Indonesia sangat menghargai harkat dan martabat manusia dan membebaskan penindasan dari manusia ke manusia oleh sebuah sistem.

Baca juga : Merunut Konsep Sosialitas dari Platon hingga Driyarkara

Dengan demikian, sosialisme Indonesia merupakan suatu gerakan pembebasan, yaitu pembebasan manusia Indonesia, yaitu kaum marhaen dari kemelaratan yang disebabkan oleh  kolonialisme.  Kaum marhaen adalah masyarakat buruh, tani dan kaum melarat lainnya yang tidak bisa berdiri sendiri sebagai persona karena kolonialisme. Artinya, kaum marhaen ini berada sebagai manusia tetapi tidak wajar (tidak otentik).

Menurut Driyarkara, manusia otentik adalah bahwa dalam hidup bersama, ia harus merupakan sesama dan diperlakukan setara sebagai sesama manusia. Jika hal ini tidak terjadi maka merupakan perendahan terhadap martabat manusia. Dari kaum marhaen ini, hal yang mau dikatakan adalah bahwa dalam  hidup bersama manusia harus memperlakukan sesamanya sebagai sesama manusia. Di sini, tampaklah sosialitas itu. Dari uraian ini, dapat ditemukan bahwa ide sosialisme itu muncul karena manusia adalah makhluk sosial dan mempunyai kedudukan yang sama dalam  masyarakat (sederajat), sehingga harus diperlakukan sama sebagai manusia.

Baca juga : Driyarkara : Mengkritik, mengoreksi dan memperbaiki sosialitas preman

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, sosialitas dapat diterapkan melalui kegiatan gotong royong yang merupakan bentuk dasar kehidupan masyarakat Indonesia. Gotong royong terjadi dalam hidup bersama, berupa kerja sama untuk mewujudkan kesejahteraan dan meringankan beban sesama. Gotong royong ini dilandasi oleh sikap kerelaan, cinta sesama, kebersamaan dan toleransi.

* Oleh : Adrianus Aloysius Mite Lamba, Mahasiswa Fakultas filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Pernah dimuat di Jurnal Wiweka 2016, atas kerjasama dengan www.idenera.com diterbitkan kembali agar bisa jadi bahan diskusi.

** Footnote dengan sengaja kami tidak cantumkan agar kita berusaha mencari dan membaca buku-buku terkait. Postingan ini sebagai pembuka diskusi.  Seri Pemikiran Tokoh : Driyarkara, akan diposting dalam 7 seri tulisan. 

Bersambung : Sosialitas Sebagai Tujuan Akhir Dari Pendidikan

Daftar bacaan:

SUDIARJA, dkk. (eds), Karya Lengkap Driyarkara

MOHAMAD INDRA, Peran Driyarkara terhadap Bangsa: Sebuah Tinjauan Umum terhadap Pemikirannya, FIB UI, Jakarta, 2009, 22.

MUDJI SUTRISNO, Driyarkara. Dialog-Dialog Panjang Bersama Penulis, Obor, Jakarta, 2000

L. KRISTIANO NUGRAHA, “Mencari Eksistensi Manusia

BADAN PERENTJANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS), Peraturan – Peraturan, Sekretariat Badan Perentjanaan Pembangunan Nasional Taman Suropati 2 — Djakarta, 1964


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
idenera

IDENERA, membuka kesempatan bagi siapapun menjadi kontributor. Tulisan dikirim ke : editor@idenera.com dan dapatkan 1 buku tiap bulannya bila terpilih oleh editor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *