Arca Joko Dolog ditemukan di Desa Bejijong, Trowulan, Kabupaten Mojokerto pada tahun 1812 dan dipindahkan ke Surabaya oleh Residen de Salls pada tahun 1817.
Meskipun bukan berasal dari Surabaya, arca Joko Dolog menjadi salah satu cagar budaya yang terkenal di kota tersebut dan menjadi tempat beribadah bagi beberapa umat Buddha.
Di salah satu bagian arca, terdapat prasasti yang bernama Wurare. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sansekerta menggunakan aksara Jawa Kuno dan bertarikh 21 November 1289.
Penjaga Cagar Budaya, Arif menegaskan bahwa arca Joko Dolog memiliki energi spiritualitas yang tinggi. Ia bercerita mengenai Belanda yang selalu gagal membawa peninggalan Kerajaan Singasari tersebut ke Negeri Kincir Angin.
“Berbagai kendala terjadi ketika arca dinaikkan ke kapal penjajah. Mesin yang trouble hingga semua petugas kapal mengalami sakit. Akhirnya, karena masalah teknis itu mereka meninggalkan arcanya,” katanya pada Sabtu (12/8/2023).
![Arca Joko Dolog di Surabaya](https://www.idenera.com/wp-content/uploads/2023/09/WhatsApp-Image-2023-08-23-at-07.13.45-1024x576.webp)
Kini cagar budaya itu disulap menjadi wisata yang didatangi masyarakat untuk menambah ilmu pengetahuan. Termasuk, beberapa umat Buddha masih rutin berkunjung ke arca tersebut.
“Arca Joko Dolog menjadi bukti supaya generasi mendatang dapat meneruskan warisan-warisan leluhur dan filosofi Kapitayan atau tatanan alam,” tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa kapitayan merupakan agama asli Jawa yang memiliki filosofi berpusat pada kepercayaan pada Sanghyang Taya, keseimbangan dengan alam, penghormatan terhadap leluhur, dan hubungan yang harmonis dengan alam.
“Sebagai generasi muda dan ujung tombak bangsa, patut andil dalam menjaga dan melestarikan harta leluhur seperti arca dan prasasti tersebut,” tuturnya.
Arif menegaskan bahwa silsilah dan sejarah bangsa Indonesia perlu dipelajari. Agar kebenaran yang dijaga leluhur tidak dibolak-balik oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
“Perlu digaris bawahi, bahwa semua kepercayaan memiliki tujuan yang sama dan mengarah kepada jalan yang benar, yaitu kebaikan. Jangan mau diadu domba oleh keyakinan,” pungkasnya.
Reporter: Laurensius Raka Yudha. Editor: Rangga Prasetya Aji
Ikuti Idenera di Google News.
Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com
Tinggalkan Balasan