Cerita (Enggak) Lucu

197 0

Aku dan kamu sering mendengar kata-kata, don’t judge book by its cover.

Sampai detik ini aku masih terngiang kata-kata itu. Sambil aku ketawa sendiri membayangkan kata-kata itu. Buatku kata-kata itu benar-benar relate banget sih sama kehidupan nyata kita masing-masing. Mungkin kamu sering atau minimal pernah diperlakukan tidak baik hanya karna penampilan luarmu.

Ya, aku baru aja dua minggu tinggal di rumah keponakan, aku merasa ingin pulang. Hahaha…

Becanda…

Aku senang banget sih bisa mengurus sekaligus mengasuh keponakanku yang pertama ini. Tapi ada satu cerita yang akan aku bawa pulang nanti sehabis jadwalku mengasuh dirinya sudah kadaluwarsa.

Sore itu aku berniat mengantar pakaian kotor orang rumah ini ke tempat laundry langganan mereka. Tapi karna enggak ada sepeda motor, jadi aku harus rela dan bersabar jalan (bersama) kakiku ini.

“Hai kakiku yang manis, yuk kita jalan.”

Aku membujuknya agar mau jalan. Hahaha…

“Duh… Panasnyaaa…” Gumamku.

Tapi aku terus berjalan hingga sampai akhirnya aku sampai di tempat laundry. Jaraknya ya kira-kira kurang dari 1 km. Atau lain kali aku bawa meteran kali ya biar bisa sekalian ngukur jalan. Hehehe…

Aku lihat jam tanganku sekarang menunjukkan pukul 4 sore. Berarti hampir setengah jam aku jalan kaki. Ya, namanya juga panas banget ya jadi aku jalannya pelan-pelan aja. Kaya kata Kotak, pelan-pelan saja ~

Jangan tanya, udah pasti keringatku sudah bercucuran. Dan aku haus.

“Astagaa… Dimana aku beli minum ini ya?” tanyaku dalam hati. Sambil celingukan, lihat kanan kiri dengan mata sipit karna masih panas banget sinar matahari sore itu.

Sehabis mengantar laundry, aku coba jalan sedikit ke arah simpang sana, kali aja ada indomerit. Minimarket kesayangan aku dan kamu ~

Hahahahaha…

“Nah, itu dia!” Aku menunjuk minimarket kesayanganku itu. Sambil ngadem di dalam karna memang udah keringetan banget. Aku pergi menuju arah minuman dingin. Ku perhatikan kulkasnya, hmm yang mana yang enak nih ya? Tapi tiba-tiba sebuah ide muncul dalam kepalaku ini.

“Aha! Beli es krim aja kali ya? Enak juga nih kalau makan es krim.”

Dan akhirnya aku beli es krim, maknum. Karna udah lama juga enggak makan itu. Setelah aku udah bayar dikasir, aku keluar. Saat berada di depan pintu minimarket itu aku merasa kebingungan.

“Lah? Aku beli ini terus aku makannya dirumah? Udah cair duluan di jalan nanti karna kejauhan aku jalan kaki.” Aku ngomong sama diriku sendiri. Udahlah, aku putuskan untuk memakan es krim milikku itu di depan indomerit.

Aku yang udah terlalu lama berjalan dan butuh duduk tapi sayang enggak ada aku lihat satu pun kursi disitu. Ya kali makan sambil berdiri, bund? Lagi dan lagi aku celingukan, aku lihat ke kanan dan kiri. Enggak ramai banget sih. Ah, udahlah duduk aja di lantai. Dan akhirnya aku beneran duduk di lantai depan indomerit itu. Ya, enggak pas di depan pintunya juga kali, bund. Gimana orang mau lewat masuk ke dalam?

Agak jauhan dikitlah, dipojokkan sono tuh!

“Astagaa… Enak banget. Segar banget tenggorokan ini rasanya…”

Karna udah perjalanan jauh bersama kakiku ini, ya sebenarnya enggak jauh-jauh amatlah. Aku aja yang terlalu lebay. Hahahaha…

Aku menjilati es krim maknum yang enak itu sampai lupa arah jalan pulang balik ke rumah. Becanda, masih ingat dong ya. Lagian kan bisa pulang naik ojol. Eh, tapi kenapa dari tadi enggak naik ojol aja ya? Hahaha…

Ya, niatnya sih JJS, Jalan-Jalan Sore (Manja). Ditambah tempat laundry tersebut tidak terdaftar di dalam aplikasi ojol.

Di sela persekian menit saat aku menikmati es krim itu, seseorang datang menghampiriku sebelum dia memasuki minimarket.

“Nih…” Dia senyum ke arahku.

Astaga! Seorang perempuan cantik dengan rambut panjang menatapku sambil tersenyum. Dia memberiku uang ceban.

“Lah? Kok?” Aku kebingungan. Aku terheran-heran sedangkan sesudah dia memberi uang itu padaku langsung memasuki minimarket itu.

Yup! Dia kira aku gembel. Segembel apa aku saat itu?

To be honest, aku memang pakai celana pendek yang tinggal satu-satunya harapanku. Karna yang lainnya sudah tidak ada lagi, alias lagi dicuci dan belum kering. Apalagi celanaku ini koyak tepat di bagian belakang dekat bokong aku. Di samping kiri, dan kedua kantongnya juga bolong. Jadi aku memegang duit itu ya digenggam terus. Baju juga kusam banget lagi, aku sih malu. Tapi lucu.

Hahaha…

Aku juga belum potong rambut. Rambutku udah ngalahin lebatnya pohon beringin. Ditambah belum facial, dan sore itu panas-panasan jadi wajahku benar-benar enggak bisa dikondisikan makanya dia pikir aku gembel.

“Lumayan ceban…” pikirku.

Aku sengaja nungguin perempuan itu keluar dari minimarket sambil memegang es krim beserta kemasannya biar dia tahu aku makan es krim maknum yang dia tahu sendiri itu harganya mahal. Atau memang dasar tampangku kaya gembel.

Enggak ada, ya dia dengan santai keluar dari minimarket. Ku lihat dia menaiki mobil pribadinya itu lalu pergi. Meski aku tahu dia sempat menoleh ke arahku, atau mungkin itu aku doang yang ke-pede-an.

Hahaha…

Dari pengalamanku ini aku mendapat pelajaran bahwa tampangku enggak cocok jadi orang kaya. Ya walaupun aku udah makan es krim yang mahal seharga nasi (bungkus) padang. Duh, jadi laper!


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
Acha Hallatu

Penulis muda dari Medan yang telah menulis buku Catatan Aku Anak Psikologi dan “Aku, Dia, dan Patah Hati yang Unchhh”. Buku-buku ini tersedia di Google Play Book dan Shopee. Email : hallatuacha@yahoo.co.id. IG : achahallatu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *