Manda Memang Secantik Itu

“Lihat deh.. Cantik nggak?” tanya salah satu temanku saat kami asyik nongkrong.

345 0

Dia menunjukkan satu buah foto gambar diri seorang wanita yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Mungkin itu gebetannya. Begitu juga dengan teman-temanku, masing-masing menyimpan rasa penasaran.

“Saha eta?” celetukku tiba-tiba saja.

Aku memandangi teman-temanku yang juga melempar pandangannya ke arahku sambil memasang wajah heran.

“Lho? Lo barusan bahasa apaan itu? Sunda?”

“Iya, akhir-akhir ini gue belajar bahasa Sunda, beberapa kosakatanya.” Aku melemparkan senyum ku pada mereka.

“Ini pasti karna Manda deh.. Udah deh jangan bohong, lo jatuh cinta sama dia?”

Hmmm… Kelihatannya aku sedang di interogasi nih. Lalu aku harus jawab apa?

“Lo yakin Manda itu cewe?”

Aku diam dan berpikir sejenak. Aku berusaha mencerna pertanyaan itu.

“Maksudnya gimana sih?” tanyaku sambil memasang wajah kebingungan.

“Ya kan kita gak tau kali aja Manda itu nyamar. Bisa aja kan dia cowo? Atau dia…”

“Atau dia banci?” sambung temanku yang lain yang ada di tongkrongan bersamaku.

Apaan sih maksud mereka ini semua?

“Jangan marah dong.. Kami bercanda doang kok.” Mereka tertawa kecil.

Mereka mencoba merayuku yang terlihat sudah membuat ancang-ancang untuk ngambek ala-ala cewe. Hahaha…

Diam-diam aku memperhatikan kembali beberapa foto Manda yang dipajang di dating apps. Masa sih? Manda memang secantik itu, ya kali dia banci? Aku tersenyum kecil melihat gambar dirinya yang tersenyum manis. Aku memperhatikan garis wajahnya. Aku coba zoom in dan zoom out. Seolah meyakinkan diri, ini memang seorang wanita.

Aku masih menyembunyikan Manda dari teman-teman tongkronganku. Tapi kita tahu bahwa sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga.

“Hayo lagi apa lu?” salah satu temanku lainnya mengejutkanku dari belakangku.

“Lo bikin gue kaget, kalau jantung gue copot gimana?! Kebiasaan deh..” Aku tampak marah dan kesal.

“Iyaa maap atuh..”

Lho? Kok dia jadi Sunda gitu? Aku menatap matanya.

“Udah Sunda banget belum nih gue?” temanku mencoba menggodaku sambil sedikit menyeringai. Serem sih tapi lebih serem kelakuan mantanku dulu. Hahaha…

Temanku menoleh dan mencoba mengintip gambar wanita yang sedang aku pandangi di gawaiku ini.

“Siapa itu?” dia terus mencoba mengintip walau aku udah menutup foto Manda dengan tanganku.

Hingga akhirnya aku mengatakan yang sebenarnya.

“Ini Manda dari Bandung..”

Temanku tersenyum. Dia memuji kecantikan Manda setelah dia melihat foto Manda di gawaiku. Aku memberikan beberapa pilihan gambar diri Manda agar aku tahu seperti apa penilaian temanku tentang Manda.

“Kok cantik ya?” temanku terkejut. Layaknya sebuah mukjizat memang kok bisa cewek secantik Manda menyukaiku dan merasa seperti sebuah kekeliruan jika Manda swipe right saat melihat profilku. Nyatanya, aku memang semenarik itu, buktinya Manda aja swipe right!

Punya teman yang bocor halus tapi keliling itu benar-benar nggak enak. Temanku ini cepu, dan akhirnya semua temanku di tongkrongan alhasil kepo dengan paras Manda. Mereka yang menyarankan aku untuk main dating apps, eh malah mereka pula yang kaget ada wanita secantik Manda menyukaiku di aplikasi tersebut.

“Mana sih orangnya?”

“Liat dong fotonya Manda itu.”

“Cewe Sunda biasanya geulis..”

Berisiknya bukan main dan akhirnya aku menunjukan gambar diri Manda, foto yang dipasang sebagai foto profilnya di dating apps.

“Wagelasehh.. Cantik banget nih!”

“Bolehlah..”

“Picek matanya kali, gak mungkinlah dia swipe right.”

“Geulis euy!”

Masing-masing temanku memberi komentar. Dan kami semua tertawa.

“Cantik sih, udah chatingan belum?” tanya salah seorang temanku.

“Udah sih, tapi terakhir dia bilang dia jarang aktif di dating apps.”

“Terus terus?”

“Terus belok kanan masuk got lu..” sahutku dengan nada sedikit kesal.

Kepo banget dah!

“Maksud gue, kalian nggak tukeran nomor?”

Mereka semua berada dipuncak rasa penasaran. Untung setengah mati, kalau setengah siluman mereka penasaran, gimana? Aku curiga teman-temanku titisan kera sakti. Apa perlu aku mengecek tubuh belakangnya, apakah mereka memiliki ekor?

Aku masih menunggu balasan dari Manda.

Aduh… Semakin ditunggu, semakin tidak jelas. Seperti mencari kunci motor, kalau dicari terus saat tidak kelihatan, dia nggak bakal nongol. Coba bersikap biasa aja, kalau jodoh mau dia pergi sejauh apapun pasti dia pakai google maps kalau kesasar. Hahaha…

Manda mengirimkan pesan baru untukmu!

Mataku terbelalak melihat satu notif baru di gawaiku. Itu Manda! Hampir tersedak belacan, aku segera minum. Ya ampun Manda, aku nungguin kamu lho!

“Hai.. Selamat malam. L-i-n-e punya?” isi pesan itu. Aplikasi berwarna hijau tapi bukan untuk yang open b-o. Dulu kita sering pakai ini sebelum menjadikan whatsapp pilihan utama.

Hah? Aku terkejut. Soalnya udah lama banget nggak main aplikasi itu. Terakhir kali saat usiaku 18 tahun deh. Tapi demi Manda aku install dan buat akun baru lagi.

“Id kamu apa, Manda?” balasku.

Pasti ini bakal lama dibalas. Aku masih sempat jadi asisten Spiderman buat bantu dia menolong Mary Jane. Atau membangun candi untuk hadiah ulang tahun Manda tahun depan.

Manda mengirimkan pesan buatmu! Balas sekarang..

Manda menyebutkan id miliknya. Kalian tahu kan kalau aku udah lama banget nggak berhadapan dengan wanita? Lalu aku harus gimana kalau dia sudah memberi akses untuk aku berkomunikasi intens dengannya?

“Manda, anjeun nuju naon?” begitu isi pesan sederhanaku. Aku udah coba belajar sedikit kosakata bahasa Sunda biar membuatnya terpukau? Oh tidak, karna memang aku mau. Sekalian biar bisa mencuri perhatiannya sih..

Sepertinya usahaku sia-sia.

Udah tiga hari chat tersebut belum dibaca oleh Manda. Karena memang aku jenis manusia yang positif thinking terhadap apapun, aku pikir dia memang belum buka aplikasi hijau tersebut.

“Menurut kalian, cewe tuh kalau nggak bales chat kita kenapa ya?” tanyaku saat nongkrong bareng temanku yang lainnya.

“Apa ya? Sibuk mungkin dia?”

“Hapenya dijambret kali..”

Astaga, ada-ada aja sih ini mah pikirannya.

“Tapi bisa jadi emang dia nggak tertarik aja sama kita.”

“Cewe zaman sekarang tuh udah banyak beda bentukannya.”

“Aduhh.. Cewe tuh ya sekarang lebih bahaya daripada cowo. Mereka bisa chatingan sama kita tapi hatinya di orang lain.”

“Jadi itu alasan lo kenapa sekarang suka sesama jenis? Karna cewe se-menyakitkan itu buat lo?” salah satu temanku meledek teman yang lainnya. Kami semua tertawa mendengar lelucon itu.

Aku hanya diam dan menyimak obrolan saat masing-masing memberi tanggapannya.

Aku masih menunggu balasan dari Manda.

Aku memberanikan diri walau sempat ragu.

“Halo Manda, chat aku ada masuk gak?”

Aku melihat jelas lingkaran hijau itu di sebelah namanya yang menandakan dia sedang online.

“Belum masuk, coba aja lagi..” balas Manda.

“Dari hari Jumat kemarin aku chat. Aku kirain sengaja nggak di read karena emang gak niat bales. Ternyata nggak masuk, kok bisa ya?”

Aku mencobanya lagi dengan sedikit spam mungkin itu membantu. Terlihat sangat effort dan terniat banget sih ya. Hahahaha…

“Maaf baru masuk. Hehehe…”

Ingat, cewek tidak pernah salah. Kalau cewek salah, kembali pada kalimat sebelum ini. Tepuk jidat sendiri..

Sepertinya semesta sudah berhasil melakukan sihir. Mari kita lihat bagaimana ruang obrolan ini terisi dengan isi pesan manis, cerita-cerita yang sebelumnya belum pernah aku dengar.

Silakan bersatu, dunia merestui.

Ciyeelahhhh…

Artwork by Accha Halatu


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
Acha Hallatu

Penulis muda dari Medan yang telah menulis buku Catatan Aku Anak Psikologi dan “Aku, Dia, dan Patah Hati yang Unchhh”. Buku-buku ini tersedia di Google Play Book dan Shopee. Email : hallatuacha@yahoo.co.id. IG : achahallatu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *