Ditulis untuk seorang wanita yang sedang menjalankan shift malamnya di salah satu rumah sakit swasta.
Sayang…
Hasratmu dikebiri lalu dipaksa untuk sadar diri. Memaksa diri untuk tersenyum walau hatimu sedang kelut. Berjalan sambil memperhatikan setiap lorong itu. Lorong yang sama, lagi dan lagi. Jari indahmu mendarat pada angka tiga. Lift itu bergerak dan membawamu pergi ke sana.
Senyumanmu berhasil kau manipulasi demi mereka yang kau sebut sebagai prioritas. Kau merawat mereka seperti kau menyayangi keluargamu. Bahkan mereka tidak mengetahui jika di hari itu kau sedang rapuh.
Saat kau memandang ke arah jam pada dinding itu, ragamu ingin tergeletak di ranjang yang paling nyaman di dunia ini. Kau berjalan lagi memasuki setiap kamar itu. Seperti biasanya, memperhatikan semuanya secara detail. Padahal saat berada dirumah mungkin kau lupa mematikan kran airmu. Tapi saat kau berada disini, dilarang keras melakukan kesalahan demi harga dirimu yang disebut profesional.
Sayang…
Saat gawaiku berdering dengan nada khas yang sengaja aku buat untuk membedakan panggilan darimu dengan temanku yang lain, aku sudah mempersiapkan diriku untuk menampung semua keluh kesahmu.
Matamu berbicara walau bibirmu membisu. Aku ada di dalam sana. Namun aku menunggu sampai kau berkata jujur. Air matamu jatuh tanpa kau sadari. Kau bertanya di dalam hatimu, mengapa hari ini terasa sangat berat?
Aku bisa mendengar teriakan keras di dalam kepalamu. Aku melihat benang kusut tidak beraturan di dalam hatimu. Aku berusaha membendungnya tapi aku gagal. Ternyata aku manusia biasa, tidak sempurna. Aku mengalihkan perhatianmu agar kau tidak mengetahui bahwa aku juga meneteskan air mata.
Kau begitu kuat. Lebih dari apa yang kupikirkan selama ini. Kau memberi hidupmu untuk oranglain. Waktumu yang berharga kau beri untuk oranglain yang membutuhkan pelayanan. Tidak peduli dengan badai hidup yang sedang menerpamu. Kau melupakan sejenak masalahmu dan memilih fokus pada kami. Karna aku juga merasakannya, sayang.
Semua panca inderaku menjadi saksi bahwa kau begitu indah. Aku sedang dalam pengobatan. Aku melihatmu seperti obat resep dari dokter jiwaku. Sangat menenangkan sekali. Kau perlu mengetahui fakta yang satu ini.
Sayang…
Kau begitu indah, aku sebut si pemberi ketenangan. Lihat bagaimana kau memperlakukan mereka semua. Mereka tersenyum ke arahmu. Ketulusanmu akan selalu dikenang. Kau berhasil membuat mereka pulang dengan selamat bertemu keluarga. Aku pun merasakannya. Caramu merawatku. Mengingatkanku untuk meminum obat rutinku karna kau tahu seperti apa gangguan ini.
Aku beruntung memilikimu. Ucapan terimakasih yang keluar dari bibirku tidak setimpal dengan semua kebaikan dan pengorbananmu. Aku menulis ini untukmu. Kelak kau akan menemukan tulisan ini setelah bertahun-tahun kemudian. Mungkin disaat itu aku sudah tidak ada lagi. Ragaku menyatu dengan tanah namun tidak perlu ditangisi.
Semoga kita bersama selamanya sampai maut memisahkan.
FI : Flat vector created by freepik – www.freepik.com
Ikuti Idenera di Google News.
Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com
Tinggalkan Balasan