Sejarah dan Makna Identitas Arek Surabaya

609 1

Istilah atau sebutan  arek  akrab didengar orang yang tinggal di Surabaya dan sekitarnya. Sebutan ini bahkan sudah menjadi kebiasaan di Jawa Timur, tidak hanya di Surabaya. Arek juga tumbuh menjadi budaya.

Berdasarkan makalah berjudul “Hibriditas Pertemuan Budaya Jawa Arek” karya Autar Abdillah, ada beberapa akar dari kata arek. 

Kata arek mungkin berakar dari kata Ari (bahasa Kawi) yang artinya adik, ari-ari, yang keluar setelah bayi lahir atau plasenta. Selain itu, arek juga bisa berasal dari kata ari-ika atau ariika (bahasa Jawa Kuno) yang artinya saudara (sedulur, ari-ari riko). Kata Ari kemudian berubah bunyi menjadi Arek dan menjadi sapaan khas di antara orang-orang budaya Arek. 

Kata Arek mengandung nuansa relasi kedekatan, kebersamaan, keberanian bahkan kenekatan. Bahkan, sebutan arek juga identik dengan orang-orang yang melakukan perlawanan terhadap kolonial.

Dalam kehidupan sehari-hari, kata arek sering diucapkan sebagai simbol kedekatan dan keakraban satu sama lain. Seolah-olah mereka yang dipanggil dengan kata ‘rek’ memiliki relasi yang dekat dan menumbuhkan rasa solidaritas satu sama lain. 

Untuk hidup di kampung Surabaya, warga saling membantu satu sama lain. Bila membutuhkan pertolongan, maka tetangga akan memberikan bantuan dengan sukarela.

Solidaritas ini juga dapat dilihat dari sikap antar warga yang senang berkumpul dan cangkruk di suatu tempat. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat dilihat beberapa orang yang tampak nonton bareng sepak bola atau diskusi ringan di warkop terdekat.

Meski solidaritas tak selalu ditemui, namun ada fakta sejarah yang mencatat tentang solidaritas yang terjadi di antara arek Suroboyo.

Salah satu contohnya yaitu dalam perang 10 November 1945. Saat itu, arek-arek Suroboyo bersatu menunjukkan keberanian dan kegigihannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Dikutip dari buku “Makna Solidaritas Arek Suroboyo Pasca-Reformasi 1998”, perang 10 November 1945 membuktikan kekuatan solidaritas Arek Suroboyo untuk berjuang demi kepentingan bersama. Semangat tersebut mampu membuat Arek Suroboyo bertempur habis-habisan menghadapi musuh. Bahkan, bentuk solidaritas ini juga melampaui batas-batas identitas kesukuan dan agama.

Pasalnya, saat peristiwa itu terjadi, Arek Suroboyo terdiri dari berbagai suku bangsa, golongan, dan agama. Namun, mereka bersatu untuk mempertahankan Suroboyo dari musuh.

Dari sejarah tersebut, istilah Arek Suroboyo dikenang dalam perang 10 November 1945 sebagai simbol perlawanan dan keberanian.


Referensi : 

Autar Abdillah, Hibriditas Pertemuan Budaya Jawa Arek, Makalah Extension Course 2017 “Bonum Commune dalam Filsafat Timur,” dipresentasikan di Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, 2017, hlm. 2
Agustinus Ryadi, Agustinus Ngadiman, Aloysius Widyawan Louis, 2020, Makna Solidaritas Arek Suroboyo Pasca-Reformasi 1998, Daerah Istimewa Yogyakarta : Penerbit Kanisius


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
Nanda Putu

Kontributor Idenera

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *