Pagi hari di musim semi aku menyusur jalan-jalan sepi Di perempatan aku belok kiri Menatap tembok-tembok bertuliskan satu imaji “Realitas yang mengimitasi seni” Oh, Tuhan semesta alam Aku bayangkan segala pekerjaanMu Percaya Kau berbuat semua itu aku menangis tersedu-sedu melihat kejahatan melenggang atas nama Mu Di atas bulir-bulir padi dan gandum Di atas tanah-tanah yang subur Kami mengalirinya dengan air mata Dan darah sebagai gantinya Segala yang berbuah nanti Tidak untuk kami Tuhan, Tuhan Adakah aku telah menyakitiMu? Adakah aku telah menyakitiMu? Adakah aku telah menyakitiMu? Dalam diamku Engkau menetes peluh meringkuk di tepi jalan, menengadahkan tangan, diimpit jeruji besi dan kawat duri, tanpa keluh mengajar kami aku bungkam! melangkah terus tak peduli aku tangan menggenggam belati tali dan cemeti menghajar tanpa henti menusuk hati seni melawan mati
110421
Tinggalkan Balasan