Suatu Pagi di Musim Semi

196 0
 Pagi hari di musim semi
 aku menyusur jalan-jalan sepi
 Di perempatan aku belok kiri
 Menatap tembok-tembok bertuliskan satu imaji
 “Realitas yang mengimitasi seni”

 Oh, Tuhan semesta alam
 Aku bayangkan segala pekerjaanMu
 Percaya Kau berbuat semua itu
 aku menangis tersedu-sedu 
 melihat kejahatan
 melenggang atas nama Mu

 Di atas bulir-bulir padi dan gandum
 Di atas tanah-tanah yang subur
 Kami mengalirinya dengan air mata
 Dan darah sebagai gantinya
 Segala yang berbuah nanti
 Tidak untuk kami

 Tuhan, Tuhan
 Adakah aku telah menyakitiMu?
 Adakah aku telah menyakitiMu?
 Adakah aku telah menyakitiMu?
 Dalam diamku

 Engkau menetes peluh
 meringkuk di tepi jalan,
 menengadahkan tangan,
 diimpit jeruji besi dan kawat duri, 
 tanpa keluh 
 mengajar kami

 aku bungkam!
 melangkah terus tak peduli
 aku tangan menggenggam belati
 tali dan cemeti 

 menghajar tanpa henti
 menusuk hati
 seni 
 melawan mati

110421


Ikuti Idenera di  Google News: Google will europäische Nachrichtenplattform starten - und ... Google News.


Terimakasih telah mengunjungi IDENERA.com. Dukung kami dengan subscribe Youtube: @idenera, X :@idenera, IG: @idenera_com


 

Please share,
Thomas Satriya

Fasilitator di Nera Academia Surabaya & Alumnus Fakutas Filsafat UGM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *